Rihlah Ilmiahku di Kota Qahirah Mesir
Oleh: Muhammad Syawir Dahlan
KABARINDO, CAIRO - Setelah hampir sebulan kami di Cairo mesir, bulan Maret ini tahun 2024, untuk pertama kalinya aku menginjakkan kaki di Negeri Kinanah,negeri para Nabi dan Waliyullah. Mesir.
Oleh pihak Asfa Fondation Internasional untuk mengikuti short course selama beberapa saat., aku beserta rombongan ditempatkan di Asrama Madinah al-Buuts (kompleks asrama yang khusus untuk mahasiswa penerima beasiswa Universitas al-Azhar al-Syarif ). Di Madinah al-Buuts, berkumpul mahasiswa al-Azhar al-Syarif yang datang dari berbagai belahan dunia untuk menuntut ilmu. Ada dari benua Afrika, benua Asia, benua Eropa dan benua Amerika.
Bagiku, mengunjungi Mesir adalah berkah yang amat sangat berharga, betapa tidak, saat ini aku telah berada di negerinya para Qari’ yang sejak kecil amat senang mendengar lantunan bacaan mujawwad yg selalu kami dengar dan contoi,sejak remaja, Para Qari’ legendaris yang aku ingat hingga saat ini misalnya, Mustafa Ismail, Abd Basit Abd Samad, Siddiq Minsyawi, Mahmud Khalil al-Hushari. Hingga saat ini Mesir tidak berhenti melahirkan Qari’-Qari’ yang kualitasnya tidak kalah dari para pendahulunya semisal Muhammad al-Laitsi, Muhammad Mutawali, Muhammad Tantawi dan lain lain.
Selain para Qari’ tersebut, tentu saja aku harus menyebut nama seorang penyanyi legenda wanita tersohor yang dipunyai Mesir yaitu Ummu Kultsum.yang waktu saya masih Mts.Smp, ayah kami sering merekam lagu2 ummu kalsum seperti Alfu Laila walaila melalui Radio Mesir, sampai2 kami hafal lagu tsbt.dll.lagunya yg menarik”Sampai saat ini,bahkan lagu-lagu dari Ummu Kultsum kami putar di.pondok agar anak2 santri (i),cinta seni.........
Berkah selanjutnya adalah diberinya kesempatan untuk menimba ilmu-ilmu keislaman di salah satu Perguruan Tinggi terbaik dan tertua di dunia Islam yaitu Universiras al-Azhar al-Syarif. Selama ini aku hanya mendengar dan mengenal Universitas al-Azhar al-Syarif lewat buku sejarah, tapi saat ini akupun sudah berdiri di tengah-tengah gedung2 bangunan asli peninggalan dinasti Bani Fathimiyah itu, yang menurut catatan sejarah pernah berkuasa di Mesir sekitar tahun 909 M.
Sampai saat ini, pengajian-pengajian dalam bentuk Talaqqi masih ada di sudut-sudut masjid sebagai upaya mempertahankan bentuk asli dari mengajaran ilmu-ilmu keislaman yang selama ini berlangsung lama di Masjid al-Azhar al-Syarif Cairo Mesir,.
Keberkahan berikutnya yang aku dapatkan di Mesir adalah ada banyak maqam para ulama terkenal dimasa silam. Aku berkesempatan berziarah ke maqam-maqam mereka. Ada Ibnu Hajar al-Asqalani, pemilik kitab Fath al-Bari.yg sejarahnya banyak diperdengarkan kpd.anak anak khususnya Sugesti berjiwa besar,. Ada juga bintang sufi perempuan Rabiatul Adawiyah. Masih di Kompleks pemakaman yang sama aku berziarah mengambil berkah ke maqamnya Imam Syafii dan gurunya Imam Waki’. Maqam keduanya agak berjauhan tapi tetap bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Di maqamnya imam Waki’ inilah mataku tiba-tiba tertuju ke dinding maqam. Disana tertera sebuah syair yang cukup popular:
“Syakautu ila waki’in su’a hifdzi. fa arsyadani ila tarkil maashi, faakhbarabi biannal ilma nurun wanurullahi la yuhda liashi”. Di tempat yang agak berjauhan, aku juga menyempatkan berziarah ke maqamnya Ibnu Athaillah al-Sakandarai pemilik kitab al-Hikam (sebuah kitab tasawuf yang sangat popular).... juga tak ketinggalan Sungai Nil yang terkenal dlm sejarah begitu panjangnya maka sungai Nil tsb.mengaliri bbrpa negara terakhir ujungnya di mesir..............in sya Allah berlanjut...................muh.Syawir Dahlan cairo, 24 Sya.ban 1445 H.
Comments ( 0 )