Peringati Harsiarnas Ke-89, Presiden Minta Media Penyiaran Adaptif Terhadap Perubahan
Bandung -- Transformasi penyiaran nasional dari siaran analog ke digital dipastikan membuat kompetisi di kalangan industri penyiaran makin terbuka dan ketat. Menyikapi situasi yang tidak bisa terhindarkan ini, seluruh lembaga penyiaran harus mampu menciptakan inovasi baru dipadu kreatifitas yang beragam agar tidak tertinggal pemain digital global.
Hal itu disampaikan Presiden Joko Widodo dalam pidato sambutannya membuka acara puncak peringatan Hari Penyiaran Nasional (Harsiarnas) Ke-89 yang berlangsung di Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (1/4/2022).
Menurut Presiden, kecepatan transformasi digital menjadi salah satu kunci untuk memenangkan kompetisi. Pasalnya, perkembangan teknologi berimplikasi terhadap cara masyarakat dalam mencari dan memperoleh berita. Mereka juga punya cara baru dalam memproduksi dan menikmati tontonan.
“Penghentian siaran analog atau ASO, tidak hanya menyangkut perubahan dasar dari aspek perubahan teknologi penyiaran tetapi juga menyangkut cara pandang, sikap, perilaku, budaya, serta aspek lain agar menjadi lebih adaptif dalam merespon perubahan,” lanjutnya.
Presiden juga menyerukan seluruh stakeholer penyiaran agar gesit menyikapi perubahan zaman dengan segera merubah kultur, merubah model bisnisnya, memanfaatkan peluang digitalisasi. Upaya ini dinilainya dapat melahirkan konten-konten yang inovatif dan edukatif.
Pemerintah, lanjut Presiden, berupaya merumuskan berbagai kebijakan, merumuskan kerangka regulasi yang berkeadilan, moderen dan adaptif terhadap persaingan yang mampu mendorong tumbuh majunya ekosistem ekonomi kreatif dalam negeri. “Membuktikan kemampuan kita berkompetisi di tingkat global,” tuturnya.
Presiden juga menyampaikan harapannya kepada Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) agar semakin adaptif dengan situasi terbaru. KPI harus mampu menjalankan peran pengawasannya dengan baik dan mengawal penyiaran Indonesia agar bertanggungjawab, profesional dan makin maju.
“Saya juga minta insan penyiaran Indonesia mengawal dan bertangungjawab dalam pembangunan mental dan karakter bangsa. Tidak semata mata memberikan tontonan, memberikan hiburan dan informasi kepada masyarakat, tapi juga memberikan edukasi dan sumber inspirasi yang mencerahkan masyarakat. Menjadi alat pemersatu bangsa serta memberikan inspirasi yang berlimpah yang mendorong kemajuan bangsa,” tandas Presiden Joko Widodo.
Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Johnny G Plate, menyampaikan capaian sudah sudah dilalui bangsa ini. Menurutnya, Indonesia telah melewati tiga fase perjalanan yang dimulai dari fase perjuangan, fase kedaulatan maritim dan yang fase ketiga yang akan dilalui dalam waktu dekat yakni fase era digital yakni migrasi siaran analog ke lembaga penyiaran digital.
“Menjadi tugas dan kewajiban kita memastikan ASO berhasil sukses. Salah satu hal penting dari ASO adalah tersedianya infrastruktur digital,” kata Menteri Johnny.
Dia juga menyampaikan pentingnya ketersediaan perangkat penerima siaran digital yakni STB (set top box). Karenanya, Johnny meminta kepastian LP pemegang MUX untuk menyediakan STB sesuai dengan ketentuan dalam PP (Peraturan Pemerintah) No.46.
“Komitmen inilah yang akan menyukseskan. Kami berharap lembaga penyiaran yang telah mendapat kewenangan tata kelola MUX, baik TVRI dan 7 LPS lainnya, untuk memastikan perangkat TV yang belum DVBT2 segera memastikan terpasang dan siap untuk menghadapi era baru digital TV kita,” tegas Menteri Johnny.
Ketua KPI Pusat, Agung Suprio, menyatakan pihaknya siap menghadapi transformasi digital lembaga penyiaran dengan menyiapkan perangkat pengawasan siaran (TV dan radio) yang lebih moderen. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran lembaga penyiaran untuk menciptakan siaran yang positif, sehat, edukatif, faktual dan berkualitas.
“Mari sukseskan hari penyiaran nasional ke 89. Bersiaplah menghadapi era penyiaran nasional digital ,” tukasnya. ***
Comments ( 0 )