Ayo Nonton Film Etno Drama Horror; Kutukan Peti Mati Tayang 20 Juli 2023
Ayo Nonton Film Budaya Sarat Kearifan Lokal; Kutukan Peti Mati Siap Tayang
KABARINDO, Salemba, Jakarta- Industri film Indonesia semakin maju, hal ini bisa dilihat animo masyarakat yang hobi nonton film lokal, khususnya horor.
Sebagai perusahaan BUMN yang memiliki sejarah panjang sejak tahun 1908, PT Balai Pustaka (Persero) dulunya adalah Komisi Bacaan Rakyat zaman pemerintahan Kolonial Hindia Belanda bernama Commissie voor de Volkslectuur. Maka di era digital yang sudah berkembang pesat saat ini, Balai Pustaka tidak mau ketinggalan dan turut berkontribusi memajukan film nasional.
Film perdana besutan Balai Pustaka berjudul Kutukan Peti Mati, yaitu film horor bernuansa sejarah, bekerjasama dengan rumah produksi Adroit Indonesia.
Tidak tanggung-tanggung film tersebut mengangkat misteri yang pernah terjadi di Pulau Onrust. Pengambilan gambarnya pun dilakukan di Pulau Cipir, Pulau Kelor, dan Museum Bahari. Para artis yang terlibat juga terkenal antara lain: Aliff Ali (Bramanto Putra), Yuriko Angeline (Susan Sriwati), Donny Damara (Profesor Daniel), Dewi Rezer (Profesor Tarina), juga aktor senior lainnya seperti Egi Fedly Ray Sahetaphy, Mathias Muchus dan lainnya. Film ini disutradarai oleh Irham Acho Bachtiar, dan diadaptasi dari novel Sarcophagus Onrust, serentak akan ditayangkan di bioskop-bioskop Indonesia mulai tanggal 20 Juli 2023.
Film Kutukan Peti Mati juga menarik perhatian pengusaha milenial, Ince Iksan Kaimuddin yang juga Wakil Ketua Kadin Komite Hubungan Luar Negri India, Pakistan, Bangladesh, dan Srilanka dan Ketua Komite UMKM Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia, dalam kunjungannya ke Balai Pustaka untuk mendukung film-film sejarah. Apapun genrenya: horor, drama, thriller, action, namun bila mengangkat sejarah lokal Indonesia, maka secara tidak langsung akan memperkenalkan budaya dan kearifan lokal setempat. Penting pula bagi para pengusaha milenial meramaikan investasi bidang film, sehingga film-film lokal indonesia bisa go internasional, sehingga mampu mendatangkan devisa negara, membuka lapangan kerja, siap bersaing dengan film Asia lainnya. Dengan diproduksinya film-film lokal bernuansa sejarah, maka harapannya semakin diminati generasi muda untuk lebih produktif berkecimpung dalam industri film.
Ince demikian nama pengusaha muda yang masih berusia 30 tahun, berlatar belakang lulusan S1 Universitas Hasanuddin Makassar dan S2 Wageningen University Netherlands jurusan Akuakultur dan Manajemen Sumber Daya Kelautan, yang sekaligus pemilik perusahaan rempah PT Injama (Ince Jaya Mandiri) yang sudah go internasional menyampaikan ketertarikannya dengan Pulau Onrust sebagai pulau strategis perdagangan rempah pada masa itu. Sehingga iapun terinspirasi untuk mengangkat sejarah pahlawan nasional Sultan Hasanuddin, tempat asalnya di Makassar, Sulawesi Selatan. Dengan memperkenalkan sosok pahlawan nasional dari daerahnya, maka wisata, kuliner, seni budaya khas Makassar jadi semakin terkenal. Begitu pula dengan diangkatnya Pulau Onrust menjadi film, masyarakat luas semakin mengenal Onrust.
Comments ( 0 )