UMKM Disabilitas Mendunia, Bukti YDBA Hadir untuk Indonesia

UMKM Disabilitas Mendunia, Bukti YDBA Hadir untuk Indonesia
UMKM Disabilitas Mendunia, Bukti YDBA Hadir untuk Indonesia

Isnurul Naeni dan Teguh Prasetyanto memamerkan hasil karyanya. Keduanya merupakan pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) binaan yayasan Astra-Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA). (FOTO/KABARINDO.COM)

 

JAKARTA, KABARINDO – Penyandang disabilitas di Indonesia tidak hanya menghadapi risiko ekonomi dan finansial yang besar, tetapi juga menghadapi tantangan besar dalam mengakses fasilitas dan layanan kesehatan serta pendidikan, perlindungan sosial dan kemudahan dalam menjalankan usaha.

 

Kawasan hunian yang ditempati Isnurul Naeni, asri dan sejuk. Pendiri Yayasan Difabel Action Indonesia (YDAI) itu tampak sibuk merapihkan hasil karya kerajinannya ditemani suaminya Teguh Prasetyanto. Keduanya merupakan penyandang disabilitas.

Namun, keterbatasan bukan menjadi halangan bagi pasangan yang bermukim di Perumahan Pesona Bogor Blok A2 Nomor 10 itu untuk terus berkarya dan memberikan semangat bagi sesama disabilitas lain maupun masyarakat luas.

Isna, begitu dia disapa, menjalankan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) kriya Shifa Zafira Art dengan brand Kayana Zafira. Hampir dua dekade, wanita kelahiran Surabaya ini membuat produk seperti tas rajut dan tas decoupage. “Berawal dari hobi, karena saya suka kerajinan. Baru pada 2010 saya serius, dan 2016 fokus menghasilkan produk,”paparnya.

 

Selain dijual di pameran yang difasilitasi oleh pemerintah, Isna juga berkesempatan memamerkan dan menjual produknya di pameran yang difasilitiasi oleh Yayasan Astra - Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA). Setahun terakhir, Isna mendapat pendampingan dari YDBA untuk megakselerasi usahanya. “Salah satu yang saya rasakan betul manfaat dari pendampingan YDBA adalah pelatihan pemasaran dan kualitas kemasan. Selain itu soal manajemen keuangan. Mentor-mentornya adalah para praktisi langsung,”ungkapnya.

 

Klaim Isna tentu tak berlebihan, faktanya, Yayasan Dharma Bhakti Astra rutin mengadakan pelatihan dan pendampingan sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan UMKM binaannya.

 

Dalam meningkatkan kapasitas UMKM binaannya, YDBA mengadakan program pelatihan dan pendampingan yang disusun sesuai dengan kebutuhan industri. Pelatihan yang diadakan berbentuk kelas tatap muka maupun daring, yang bertujuan memberikan UMKM konsep dasar atas materi yang diberikan. Untuk menjamin materi dapat diimplementasikan di lapangan, YDBA mengadakan pendampingan, yaitu program bimbingan one on one di lokasi UMKM untuk topik tertentu.

“Pelatihan yang saya dapatkan terkait 5R yakni Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin. Juga Manajemen Produksi, pembukuan sederhana, digital marketing, dan manajemen SDM,”paparnya.

 

Dari sisi permodalan,lanjut dia, saat ini, YDBA memiliki program bantuan dana bergulir untuk menyokong perkembangan usaha kalangan UMKM. “Saya sedang menunggu giliran untuk mendapat modal itu,”katanya. Bagi Isna, pelatihan dan pendampingan tak sekadar tentang menambah ilmu, tapi merupakan investasi jangka panjang. “Di YDBA saya bisa menambah jejaring, itu sungguh penting dan sangat membantu saya untuk berekspansi,”tegasnya.

 

Dia menilai, melalui program pelatihan dan pendampingan yang terstruktur, YDBA membantu UMKM untuk naik kelas dan berkembang secara berkelanjutan. Pelaku UMKM, lanjut dia, medapatkan pelatihan langsung yang relevan dengan kebutuhan usaha, mulai dari produksi, pemasaran, hingga pengelolaan keuangan. YDBA juga memberikan pelatihan cara mengatur arus kas, menyusun anggaran, dan bahkan mendapatkan wawasan tentang akses pendanaan.

 

Dengan bimbingan dari mentor berpengalaman dari YDBA, UMKM akan lebih siap menghadapi pasar yang terus berkembang dan mampu menciptakan nilai tambah bagi produk maupun layanan yang ditawarkan. Saat ini, produk kerajinan Isna sudah dijual hingga mancanegara. “Untuk tas saya jual Rp200 ribu, banyak diminati pembeli di Malaysia,”ungkapnya.

 

Tak hanya itu, produk kerajinan besutan Isna, juga diminati para buyer dari negara di Asia lainnya. Diantaranya, Jepang, Singapura, Vietnam, Thailand, Malaysia, juga Brunei Darussalam. “Saya bersyukur bisa ikut pelatihan dan pendampingan YDBA,”imbuhnya.

 

Hal yang sama dirasakan Teguh, suami Isna. Sebagai sesama penyandang disabilitas keduanya bahu membahu saling memberikan motivasi. Termasuk kepada sesama penyandang disabilitas yang menggeluti UMKM.

Teguh sendiri memiliki usaha modifikasi kendaraan roda dua untuk disabilitas. “Saya mendapatkan mentoring dari seorang profesor di Astra. Sehingga tahu bagaimana membuat produk yang memenuhi standar keamanan,”ujarnya.

 

Pria asal Malang itu mengatakan, saat ini, dia memiliki workshop di Gunung Putri, Bogor, bergabung dengan salon mobil komunitas warga Malang atau yang kerap dijulukiArema. Selain itu, Teguh memiliki workshop di Cimakpar Bogor Utara.

 

Dalam menciptakan sarana mobilitas bagi penyandang disabilitas, Teguh tak sekadar menambah roda. Namun, sepeda motor rancangannya mampu menyesuaikan manuver penyandang disabilitas.

 

Biasanya, kendaraan untuk difabel hanya dipasangkan dua roda di belakang, dan satu roda di depan, tanpa pertimbangan kestabilan serta keselamatan pengendaranya. Namun, dengan pendampingan dari YDBA, dirinya kini bisa membuat motor yang stabil dan memenuhi standard keamanan dan keselamatan. “Tinggi motor, lebar motor, semua ada spesifikasinya,”sebutnya. Berkat pendampingan dari pakar kendaraan bermotor YDBA, pria bergelar Sarjana Teknik Elektro dari Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang itu, kini banjir pesanan. “Rata-rata sebulan tiga unit saya kerjakan modifikasi,”paparnya. Dia pun berharap agar produknya bermafaat bagi penyandang disabilitas. Teguh pun berharap kalangan disabilitas lainnya bisa mendapatkan kesempatan yang sama.

 

Upaya peningkatan kapasitas pelaku UMKM dari kalangan penyandang disabilitas semakin mendapatkan perhatian melalui pendekatan kolaboratif lintas sektor. Salah satu strategi yang mulai diterapkan adalah penyelenggaraan program pelatihan dan fasilitasi bagi UMKM disabilitas yang mencakup penguatan literasi digital, manajemen usaha, dan pengemasan produk. Pendekatan ini bertujuan agar pelaku UMKM dari kelompok disabilitas tidak hanya menjalankan usaha dalam skala kecil, tetapi juga mampu mengakses ekosistem ekonomi formal secara inklusif.

Berdasarkan data Kementerian Koordinator Bidang Pemberdayaan Manusia (Kemenko PM), penyandang disabilitas di Indonesia mencapai 22,97 juta jiwa atau sekitar 8,5% dari jumlah penduduk Indonesia, dengan jumlah disabilitas terbanyak pada usia lanjut.

 

Managing Partner Inventure yang juga pakar pemasaran Yuswohady menilai, pendampingan bagi UMKM termasuk UMKM disabilitas sangat penting. “Agar mereka bisa naik kelas dan bisa mengakses pasar yang lebaih luas,”katanya. Stakeholder yang memberikan dukungan kepada akselerasi UMKM agar naik kelas itu pun dinilainya patut mendapatkan apresiasi.

 

Komitmen Yayasan Astra – Yayasan Dharma Bakti Astra

 

 

Yayasan Astra - YDBA sendiri menyatakan bahwa UMKM memiliki peran penting dalam memberdayakan kaum disabilitas. Karenanya, YDBA siap menjadi mitra bagi mereka. Salah satu langkah konkret yang dilakukan yakni dengan membekali disabilitas dengan keterampilan wirausaha agar dapat mandiri secara ekonomi.

 

Dalam dunia usaha yang dinamis dan penuh tantangan, pemimpin UMKM tidak hanya bertindak sebagai pengelola, tetapi juga sebagai visioner, motivator, dan pemecah masalah. Tanpa kepemimpinan, UMKM berpotensi mengalami hambatan dalam pertumbuhan, kesulitan beradaptasi, hingga risiko kegagalan dalam persaingan pasar. Karenanya, YDBA membekalin pelaku UMKM termasuk kalangan disabilitas dengan pelatihan kepemimpinan.

Ketua Pengurus YDBA, Rahmat Samulo menegaskan, bahwa komitmen Astra melalui YDBA dalam pembinaan UMKM di Indonesia, dilakukan dengan adanya pendampingan yang intens, sehingga mampu mendorong UMKM untuk naik kelas dan mandiri. Tahun ini Astra melalui YDBA tengah melakukan pembinaan kepada 1.328 UMKM aktif.

 

“Dalam proses pembinaan, YDBA menekankan dan mendorong UMKM untuk memiliki mentalitas yang baik dan mampu menciptakan nilai tambah atau value added dalam bisnisnya,”ujarnya saat ditemui di Pameran GIIAs 2025 di IcE BSD City beberapa waktu lalu.

Astra, lanjut dia, melalui YDBA juga turut membina UMKM Kuliner dan Kerajinan serta Pertanian. Dalam pameran GIIAS kali ini, Astra melalui YDBA menghadirkan produk dari komunitas UMKM Kuliner, yaitu Koperasi Mamere, Poklahsar (Kelompok Olahan dan Pemasaran) Jaya Bersama dan Koperasi OKUSA (Olahan Kuliner Sangatta).

 

Di industri kerajinan, Astra melalui YDBA juga menghadirkan berbagai produk UMKM, mulai dari aksesori hingga fashion. Di bidang pertanian, Astra melalui YDBA menampilkan produk turunan hasil budidaya petani, antara lain serbuk jahe merah dari Lebak Banten, produk roll on dan aromaterapi dari petani serai wangi di Bantul dan Lebak, serta produk mete dan vanili yang dihasilkan petani di Manggarai Barat, NTT.

 

Astra melalui YDBA juga melakukan pembinaan yang dilakukannya kepada UMKM bengkel roda 4. Tujuan dari pembinaan tersebut adalah menciptakan bengkel umum yang profesional dan berstandar. Astra melalui YDBA mendorong UMKM bengkel untuk menjalankan standar pelayanan bengkel, mulai dari maintenances reminder dan appointment activities, penerimaan unit yang akan di-service, perbaikan, penyerahan serta post service dan follow up.

 

Astra melalui Yayasan Astra memperkuat komitmen dalam memajukan pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di industri fashion bersama Sparks Fashion Academy (SFA) melalui serangkaian program pelatihan yang berkesinambungan. Kolaborasi ini bertujuan untuk mengembangkan UMKM di Indonesia agar memiliki keterampilan desain fashion dan bisnis yang kuat.

Dengan adanya kolaborasi ini, UMKM fashion binaan Astra kini dapat menciptakan collection plan mereka sendiri dan mengevaluasi perkembangan usaha dengan menganalisis produk yang paling diminati pasar. Keberhasilan ini tidak lepas dari pembinaan Yayasan Astra yang bersifat sistematis dan membutuhkan waktu minimal tiga tahun untuk membantu UMKM naik kelas dan mandiri. Pembinaan ini tidak hanya fokus pada kemampuan manajerial dan teknis, tetapi juga pada pembangunan mentalitas kewirausahaan.

 

Sekretaris Pengurus Yayasan Astra – Yayasan Dharma Bhakti Astra, Ema Poedjiwati menegaskan, visi Yayasan Astra adalah menjadi institusi terbaik dalam pembinaan UMKM di Indonesia. Hingga saat ini, Yayasan Astra selain telah membina 13.663 UMKM, juga menciptakan lapangan kerja bagi 75.451 orang, dan membantu 1.425 UMKM untuk naik kelas. “Melalui kolaborasi dengan SFA dan mitra lainnya, Yayasan Astra melihat potensi besar bagi UMKM fashion untuk masuk ke ekosistem kreatif dan berdaya saing lebih luas,”tutupnya.