Museum Tsunami Hadirkan Pameran Bantuan Kemanusiaan AS di Aceh
KABARINDO, ACEH - Pemerintah Aceh bekerja sama dengan Amerika Serikat melalui USAID Indonesia meresmikan pameran inovatif bertajuk "Kemitraan yang Tangguh" terkait bantuan negeri Paman Sam saat musibah tsunami Aceh 2004 silam, di Museum Tsunami Aceh.
"Pameran dari USAID ini bukan hanya mengenang tragedi, tetapi juga menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus belajar dan mempersiapkan diri menghadapi bencana," kata Pj Gubernur Aceh, Safrizal ZA, di Banda Aceh, Ahad.
Pemeran dalam rangka memperingati 20 tahun gempa dan tsunami Aceh yang terjadi pada 26 Desember 2004 tersebut, berlangsung hingga Juni 2025.
Di ruangan pameran tersebut, terdapat beberapa gambar terkait bantuan Amerika Serikat saat tsunami Aceh, mulai dari pertolongan kesehatan, pemulihan dan rekonstruksi, miniatur pembangunan jalan dan gedung serta berbagai hal lainnya.
Safrizal mengatakan rakyat Aceh mengucapkan terima kasih kepada pemerintah dan masyarakat Amerika Serikat atas dukungan yang diberikan selama proses pemulihan pasca-bencana tsunami pada 2004 silam.
“Masyarakat Aceh pasti mengingat dan berterima kasih kepada pemerintah dan masyarakat Amerika Serikat atas bantuan yang cepat dan tulus. Dukungan ini menjadi bagian tak terlupakan dari sejarah pemulihan kami,” ujarnya.
Dirinya menuturkan tragedi tsunami membawa memori yang menginspirasi kesadaran baru akan pentingnya kesiapsiagaan dan kolaborasi dalam menghadapi bencana yang tidak dapat diprediksi.
“Bencana seperti gempa dan tsunami bisa terjadi kapan saja, dan tak seorang pun dapat memperkirakannya dengan pasti. Namun, dari tragedi itu, kita belajar bahwa kesiapsiagaan dan bantuan cepat dapat menyelamatkan banyak nyawa,” katanya.
Dirinya juga mengenang kedekatan (posisi) militer Amerika Serikat dengan Aceh kala itu. Di mana, Kapal induk AS, USS Abraham Lincoln yang secara kebetulan tidak jauh dari wilayah Aceh saat bencana terjadi, sehingga bisa merespons cepat.
"Saya ada di Aceh saat itu dan melihat langsung bagaimana militer Amerika memberikan bantuan dan mengevakuasi korban bencana. Bantuan mereka datang pada saat yang sangat krusial," ujarnya.
Dirinya berharap, dengan belajar dari musibah masa lalu, Aceh dan Indonesia dapat semakin tangguh menghadapi masa depan.
"Semoga kemitraan yang telah terjalin dapat menginspirasi generasi mendatang," kata Safrizal ZA.
Sementara itu, Direktur USAID Indonesia, Jeff Cohen mengatakan bahwa pameran tersebut untuk mengenang mereka yang hilang, sekaligus merayakan semangat luar biasa masyarakat Aceh.
Pameran itu juga menampilkan narasi ketahanan manusia, solidaritas internasional, dan upaya pemulihan berkelanjutan melalui tampilan visual, artefak, dan elemen interaktif.
Kemudian, pameran itu juga menjadi dokumentasi bagaimana Amerika Serikat melalui berbagai lembaga memberikan bantuan lebih dari 400 juta dolar AS, dan telah berdampak terhadap kehidupan sekitar 580.000 warga Aceh pasca bencana.
Dia menjelaskan, rekonstruksi Aceh merupakan salah satu upaya pemulihan bencana paling sukses dalam sejarah modern, menunjukkan apa yang bisa dicapai saat semuanya bekerja bersama.
"Dua dekade lalu, saat tsunami menerjang Aceh, Amerika Serikat berdiri bahu-membahu dengan Indonesia," katanya.
Dalam pembukaan pameran ini, USAID juga menayangkan perdana tiga film dokumenter mini yang menyoroti berbagai aspek perjalanan menuju pemulihan dan dampak jangka panjang dari kemitraan kedua negara.
Tiga film dokumenter itu berfokus pada dampak jalan penting Banda Aceh-Calang sepanjang 146 kilometer, revitalisasi industri kopi Gayo di Aceh, dan perkembangan kemampuan penanggulangan bencana Indonesia yang luar biasa.
“Dengan penuh khidmat, hari ini kita mengenang sebuah peristiwa yang tidak hanya menguji ketangguhan Aceh, tetapi juga menggerakkan dunia untuk bersatu dalam solidaritas dan kepedulian," demikian Jeff Cohen.
Comments ( 0 )