Menetapkan Pahlawan Sejati yang Obyektif dan Independen
Oleh: Transtoto Handadhari
Rimbawan Senior dan Kagama 71
Penetapan seseorang sebagai Pahlawan adalah penyemangat. Tapi di lain pihak bisa menjadi keirian atau kecemburuan, bahkan dicemoohkan. Lalu apakah ukuran seseorang untuk layak ditetapkan sebagai patriot pahlawan kusuma bangsa? Apakah dia harus gugur dulu (dalam perang)? Apakah dia bisa siapa saja yang berjasa, lalu apa ukurannya?
Pertanyaan logis yang memeras otak cerdas dan bijak.Yang tidak bisa minta bantuan AI (?). Yang memerlukan fakta kejujuran, dan kebutuhan bangsa dan negara.
Memilih seorang pahlawan sejati perlu dikaji dengan independen, objektif, tanpa bias, tidak ada kepentingan, tidak nepotism, dinilai dengan pengetahuan komprehensif yang luas, tidak punya kepentingan dan bijak. Unsur perasaan kemanusiaan sangat menentukan.
Itupun perlu pertimbangan arah politik, kebutuhan hajat hidup bangsa dan siapa pemegang kekuasaan. Jasa yang dibutuhkan bangsa yang utama adalah perjuangan mempertaruhkan nyawa dalam pembentukan negara, mempertahankan kedaulatan dan keutuhan negara, menggerakkan pembangunan, menciptakan kesejahteraan, kemakmuran dan keadilan rakyat dengab landasan kejujuran.
Tanpa kemunafìkan, seaorang yang menciptakan kedamaian hidup berperi- kemanusiaan, membangun kebudayaan, dan pembangunan karakter bangsa, keadilan hukum, transparansi dan nilai mulia lainnya. Salah satu yang sangat sulit dipastikan adalah dinamika perubahan politik dan kekuasaan.
Banyak contoh sejarah dan berubahnya kekuasaan, maupun berbagai peristiwa yang merubah ukuran nilai kepahlawanan seseorang karena perubahan politik kekuasaan serta orientasi politik negara. Sangat mungkin yang tadinya digelari pahlawan bisa jadi musuh negara atau bahan cemoohan.
Di sebagian besar negara, bela negara mempertahankan kedaulatan negara, membangun kesejahteraan, kedamaian, kesejahteraan, dan mengharumkan kehormatan bangsa dan negara sangat diperhatikan.
Tapi di negara tertentu menjaga hutan dan ekosistem lingkungan kehidupan, biodiversitas atau plasma nutfah yang menjaga keamanan kehidupan, dan dihindarinya bencana banjir, kebakaran hutan, kekeringan dan lainnya merupakan jasa kepahlawanan yang sangat dihargai.
Di Indonesia salah satu faktor kehidupan yang sangat "dibenci" rakyat tapi terus terjadi adalah nafsu korupsi yang hampir melanda semua orang. Kemunafikan dan ragu untuk jujur, serta malas berpikir dan kurang memiliki nilai kejuangan menjadi sebagian ciri bangsa.
Patriotisme hampir tenggelam, bisa kita lihat dari falsafah warisan tetua Jawa yang sering kita dengar misalnya "ono dino, ono upo", "mangan ora mangan kumpul", "leyeh-leyeh sambil ngopi dan merokok santai", "alon-alon asal kelakon" (meski ini bernilai kehati-hatian). Dan mungkin lainnya di kelompok etnis yang lain yang menggambarkan ketidak-trengginasan.
Kepahlawanan merupakan penyemangat yang sangat efektif. Harus dilakukan dengan tepat. Tidak mewariskan rasa iri dan cemburu. Atau malah cemoohan sepihak. Pemerintah tentunya sudah memiliki perangkat penetapan pahlawan dengan skala-skala yang baik. Semua bidang kehidupan.
Saat ini memperjuangkan kesejahteraan yang merata dan adil, membangun karakter yang jujur tanpa kecurangan (no cheating), disiplin dan tanggung-jawab merupakan kebutuhan bangsa yang sangat urgen.
Gambaran pendapatan rata-rata di negara lain yang cukup wajar untuk hidup adalah Rp.35-40 juta sebulan. Kalau isteri juga bekerja maka penghasilan rumah-tangganya sekitar Rp.75 juta sebulan. Cukup untuk beberapa beban umum termasuk berlibur.
Negeri yang kaya serba-punya dan indah ini memerlukan kedamaian, kesejahteraan dan keadilan. Yang tidak dapat dibayangkan ada minoritas orang yang kekayaannya sampai triliunan, atau ribuan milyar. Waaa h (?!). Di lain sisi penghasilan masyarakat umum hanya Rp2-4 ribu per-bulan.
Sangat "njomplang". Apa ada yang salah dalam manajemen negara ini?
Rasanya praktik korupsi dan kecurangan, serta perbohongan itu berakar dari masalah
ketidak- layakan pendapatan di masyarakat, di samping hukum yang sangat bisa dipermainkan oleh yang punya uang banyak, serta watak curang tidak jujur yang sudah mendarah daging.
Kepahlawan bangsa sebaiknya teruji dan diuji dalam sejarah, dan relatif permanen. Kiranya perlu pahlawan panutan. Tapi sejarah menunjukkan masalah politik dan kekuasaan sangat bisa berubah. Juga kemungkinan munculnya negara-negara baru yang tidak selalu beriringan, atau perpecahan politik di dalam negeri. Mungkinkah tejadi?
Comments ( 0 )