Update Kecelakaan Jeju Air, 2 Pramugari Selamat Duduk di Bangku Paling Belakang 179 Orang Tewas

Update Kecelakaan Jeju Air, 2 Pramugari Selamat Duduk di Bangku Paling Belakang 179 Orang Tewas
Update Kecelakaan Jeju Air, 2 Pramugari Selamat Duduk di Bangku Paling Belakang 179 Orang Tewas

Konfigurasi kursi Boeing 737-800 Jeju Air yang jatuh menewaskan 179 orang. (FOTO/Istimewa)

 

SEOUL, KABARINDO --  Jatuhnya pesawat Boeing 737-800 membawa duka mendalam. Sebanyak 179 orang tewas, hanya 2 pramugari yang selamat.

Salah satu dari dua orang yang selamat dari Jeju Air Penerbangan 2216, yang jatuh secara tragis saat mendarat di Korea Selatan, telah diidentifikasi sebagai pramugari Lee Mo yang berusia 33 tahun.
Lee, yang duduk di bagian belakang pesawat, mengingat saat pesawat itu mendarat tetapi tidak mengingat apa pun selain itu. Ketika dia tiba di rumah sakit, masih dalam keadaan shock, dia dilaporkan bertanya, "Apa yang terjadi?"tanyanya Minggu (29/12/2024).

Jatuhnya pesawat Jeju Air pada hari Minggu adalah salah satu bencana paling mematikan dalam sejarah penerbangan Korea Selatan. Terakhir kali Korea Selatan mengalami bencana udara berskala besar adalah pada tahun 1997, ketika sebuah pesawat Korean Air jatuh di Guam, menewaskan 228 orang di dalamnya.

Menurut pemberitaan media lokal, banyak penumpang Jeju Air penerbangan 7C 2216
adalah keluarga yang kembali dari liburan Natal di Thailand. Penerbangan tersebut membawa 175 penumpang (173 warga negara Korea Selatan dan dua warga negara Thailand), serta enam awak pesawat.

Pesawat Boeing 737-800  dari Bangkok membawa 175 penumpang dan enam awak jatuh saat mendarat di Bandara Internasional Muan di selatan negara itu, lapor kantor berita Korea Selatan Yonhap Minggu (29/12/2024). Total ada 181 orang di pesawat itu.


Tim penyelamat terus mencari reruntuhan di mana masih banyak mayat yang masih berada di dalam badan pesawat. Dua orang yang selamat,  ditarik dari bagian ekor dan mendapat perawatan di rumah sakit terdekat.


Penjabat Presiden Korea Selatan Choi Sang-mok selanjutnya memerintahkan “upaya sekuat tenaga untuk operasi penyelamatan” di bandara Muan.

“Semua lembaga terkait harus mengerahkan semua sumber daya yang tersedia untuk menyelamatkan personel,” katanya dalam sebuah pernyataan.

Kecelakaan itu diyakini disebabkan oleh kontak dengan burung, yang mengakibatkan roda pendaratan tidak berfungsi ketika pesawat berusaha mendarat di bandara di barat daya negara itu.