Upaya Kudeta Gagal, Guinea-Bissau Kembali Tenang
KABARINDO, BISSAU – Ibu kota Guinea-Bissau tampak tenang pada Rabu (2/2) dengan tentara berpatroli di jalan-jalan kota Afrika Barat itu setelah upaya kudeta pada hari sebelumnya sempat membuat tegang situasi di negara itu, lapor kantor berita AFP.
Orang-orang bersenjata berat pada Selasa sore (1/2) mengepung gedung-gedung pemerintah di ibu kota Bissau, di mana Presiden Umaro Sissoco Embalo dan Perdana Menteri Nuno Gomes Nabiam diyakini menghadiri rapat kabinet.
Sissoco, 49, kemudian mengatakan kepada wartawan bahwa dia tidak terluka selama baku tembak selama lima jam yang dia gambarkan sebagai rencana untuk melenyapkan pemerintah, namun beberapa orang tewas dalam serangan itu.
Meskipun toko-toko dan bank-bank di jalan-jalan Bissau telah dibuka kembali pada hari Rabu, koresponden AFP melaporkan keberadaan tentara yang berpatroli di jalan-jalan, dan juga memblokir akses ke kompleks Istana Pemerintah, tempat serangan itu terjadi.
Noelho Barboza, seorang tukang kayu, mengatakan bahwa kejadian baku tembak hari Selasa itu berisiko membuat negaranya jungkir balik. "Kami tidak akan lagi memiliki kepercayaan investor," kata pria berusia 27 tahun itu.
'Bunuh Presiden'
Guinea-Bissau adalah negara yang terkenal tidak stabil, dan telah mengalami empat kudeta militer sejak kemerdekaan dari Portugal pada tahun 1974, yang terakhir sebelum peristiwa Selasa terjadi pada tahun 2012.
Berpenduduk sekitar dua juta orang, Guinea-Bissau adalah negara pantai miskin di selatan Senegal yang bersumpah untuk kembali ke demokrasi pada tahun 2014. Namun, angkatan bersenjata tetap memiliki pengaruh yang besar.
Pada konferensi pers pada hari Selasa, Presiden Embalo mengatakan bahwa penyerang telah mencoba untuk "membunuh presiden republik dan seluruh kabinet."
"Para penyerang bisa saja berbicara kepada saya sebelum peristiwa berdarah ini yang telah melukai banyak orang dan merenggut nyawa," tambahnya, tampak tenang.
Jumlah pasti korban tewas dari serangan itu masih belum jelas. Begitu juga identitas dan motif para penyerang.
Namun Embalo mengatakan bahwa serangan itu terkait dengan keputusan yang diambilnya "untuk memerangi perdagangan narkoba dan korupsi."
Guinea-Bissau menderita korupsi endemik, dan dikenal sebagai pusat perdagangan kokain antara Amerika Latin dan Eropa.
Gelombang Kudeta
Uni Afrika dan Komunitas Ekonomi Negara-negara Afrika Barat (ECOWAS) pada hari Selasa mengutuk serangan itu di tengah kekhawatiran bertambah panjangnya daftar pemerintah Afrika Barat yang jatuh ke kudeta militer baru-baru ini.
Di Mali, tentara merebut kekuasaan pada 2020. Militer Guinea mengikutinya pada September tahun lalu, menggulingkan presiden terpilih Alpha Conde.
Kemudian pada 24 Januari, tentara Burkina Faso juga mengumumkan telah menggulingkan Presiden Roch Marc Christian Kabore dan mengambil alih negara. ***(Sumber dan foto: AFP/France24)
Comments ( 0 )