Tobatenun Dirikan Rumah Komunitas Jabu Bonang dan Jabu Borna di Pematang Siantar
KABARINDO, PEMATANG SIANTAR - Sejak didirikan pada tahun 2018, PT Toba Tenun Sejahtra (Tobatenun) berupaya untuk terus memperkuat ekosistem tenun Batak dan para pelaku usaha didalamnya dengan mengedepankan proses produksi yang sustainable dan ramah lingkungan. Sebagai social enterprise, Tobatenun juga fokus terhadap community development yang mengacu kepada kelompok tenun Batak dengan mendirikan rumah komunitas Jabu Bonang dan Jabu Borna. Melalui dua rumah komunitas ini, berbagai program pemberdayaan, kegiatan riset dan pengembangan produk, serta peningkatan kompetensi kelompok dilakukan. Hal ini bertujuan untuk dapat memberikan dampak perubahan terhadap masyarakat, baik dari segi sosial, ekonomi, maupun budaya.
Sebagai sub sektor ekonomi kreatif, Tobatenun tentunya turut berkontribusi dalam peningkatan industri mode lokal dengan memperhatikan sinergi dan ekosistem hulu ke hilir. Berbagai upaya pengembangan komunitas terus dilakukan menyangkut proses pembuatan, fungsi, dan nilai ekonomi sehingga memungkinkan kelompok tenun Batak untuk semakin produktif. Dengan prinsip equitable trader Tobatenun memastikan para perajin mendapatkan kompensasi yang adil sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan mendorong kemandirian ekonomi.
Melvi Tampubolon, COO PT Toba Tenun Sejahtra menyampaikan bahwa memulai semuanya dengan langkah kecil untuk mimpi yang besar. Tidak hanya bernilai ekonomi, tenun itu adalah sebuah karya seni dengan nilai-nilai dan identitas lokal yang sangat kuat. Dalam pembuatan tenun Batak terdiri dari 11 tahapan pengerjaan, dimana masing-masing tahapan tersebut melibatkan perajin dengan kompetensi yang berbeda.
"Oleh itu, Tobatenun harus dapat menjaga keberlanjutan ekosistem ini dan mempertahankan siklus (lingkungan, perajin, UMKM, budaya, dan adat istiadat). Dengan program yang telah dan akan dilakukan, Tobatenun berusaha untuk menciptakan peluang dan berusaha meningkatkan standar kesejahteraan perajin di desa-desa tenun tradisional di Sumatera Utara. Membantu pelaku usaha tenun dengan mendirikan rumah komunitas atau rumah latihan Jabu Bonang dan Jabu Borna," terangnya.
Dengan optimisme bahwa produk mode berbasis budaya yang relevan dengan kebutuhan saat ini, Tobatenun terus melakukan pendampingan dengan memfasilitasi komunitas tenun Batak untuk peningkatan kompetensi (desain) dan standarisasi (kualitas). Tidak hanya dari sisi komersial saja dengan menjual produk tenun Batak, lebih dari itu, Tobatenun juga ingin mengembalikan kebanggaan profesi perajin bahwa mereka adalah aktor utama dari sub sektor ekonomi kreatif ini.
Jabu Bonang & Jabu Borna di Pematang Siantar Untuk Riset dan Pengembangan Produk
Rumah komunitas dan latihan ini didirikan oleh Tobatenun untuk pemberdayaan, khususnya pemberdayaan perempuan. Mendukung pengrajin pedesaan dan memberdayakan mereka dengan pelatihan, pendampingan, pendidikan yang berkelanjutan, standarisasi hasil karya tenun, serta program kemitraan. Rumah komunitas Jabu Bonang telah melakukan berbagai pelatihan dan lokakarya yang telah memberikan dampak langsung bagi kehidupan dan produktivitas perajin sebagai mitra dari Tobatenun. Sedangkan di Jabu Borna, fokus pengembangannya adalah untuk riset pewarna alami, serat alami, penyediaan benang celup bagi ekosistem tenun, serta pengolahan limbah yang tepat dan ramah lingkungan. Hingga saat ini, tim riset Jabu Borna berhasil menemukan 29 koleksi varian warna dari material alam (seperti: daun ketapang, kulit pohon mahoni, kayu jior, getah daun pisang, dll) yang kemudian digunakan pada benang sebagai bahan dasar untuk tenun Batak.
“Saat ini kami bermitra dengan 200 perajin di Sumatera Utara yang tersebar di 2 kota & 5 kabupaten antara lain adalah Medan, Siantar, Toba, Labuhan Batu Utara, Tapanuli Utara, Samosir, dan Dairi. Kami menilai rumah komunitas dan latihan ini penting keberadaannya bagi komunitas. Menstimulasi mereka untuk terus berinovasi, dan meningkatkan keterampilan profesional sebagai pelaku usaha juga artisan,” ungkap Melvi.
Jabu Bonang dan Jabu Borna menginisiasi perubahan dengan memberikan ruang dan kesempatan kepada mitra melalui pendidikan informal. Kedepannya, Tobatenun tentu akan memperluas kemitraan dan membangun hubungan jangka panjang dengan pelaku hulu – hilir tenun Batak dan membina ekosistem yang lebih sehat bagi para perajin di Sumatera Utara secara umum.
Penandatanganan Nota Kesepahaman Tobatenun dan BPODT
Memperluas pengembangan tenun batak dan jangkauan distribusi UMKM sebagai pelaku usaha, Tobatenun menjalin kerjasama dengan Badan Otorita Danau Toba (BPODT), di mana BPODT merupakan Badan Pelaksana yang merupakan satuan kerja di bawah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Kerja sama ini merupakan sinergi program pengembangan ekonomi kreatif ekosistem tenun Batak dan kriya di wilayah sekitar Danau Toba. Penandatanganan nota kesepahaman ini Tobatenun diwakilkan oleh Melvi Tampubolon selaku COO PT Toba Tenun Sejahtra dan Jimmy Bernando Panjaitan selaku Direktur Utama BPODT.
Jimmy Bernando Panjaitan, Direktur Utama BPODT menyampaikan bahwa Kerjasama BPODT melalui Jabu Bonang dan Jabu Borna merupakan kontribusi dan langkah nyata dalam memajukan industri pariwisata yang berkualitas dan terstandarisasi melalui karya kreatif tenun. Hal ini tentu perlu dilakukan untuk pengembangan ekonomi kreatif khusus membangkitkan perekonomian dan penciptaan lapangan kerja, terutama di kawasan Danau Toba.
"Kami akan berkolaborasi dengan Tobatenun, bagaimana tenun Batak dapat populer dan tidak hanya untuk market dalam negeri tetapi juga global. Bukan hanya mengedepankan hasil atau craftsmanship yang bagus tetapi juga memastikan perajin menjadi profesional sebagai pelaku usaha,” ucapnya.
Lebih lanjut, kerjasama ini akan melakukan berbagai program terkait pendampingan kreatif berbasis kriya melalui Jabu Bonang dan Jabu Borna seperti pelatihan, sosialisasi dan/atau berbagi ilmu terkait Tenun Batak dan Kriya di Wilayah Sumatera Utara. Bekerjasama dalam kegiatan pemanfaatan lahan dan sumber daya alam untuk program pengembangan Tenun Batak dan Kriya di wilayah Sumatera Utara. Serta, yang tidak kalah pentingnya adalah terkait penyerapan dan pemasaran produk – produk Tenun Batak dan kriya yang sudah terkurasi.
Comments ( 0 )