“Teka-Teki Tiga Masa”: Mahakarya Balet yang Menyatukan Generasi, Emosi, dan Estetika

“Teka-Teki Tiga Masa”: Mahakarya Balet yang Menyatukan Generasi, Emosi, dan Estetika

Sebuah pertunjukan memukau dari On Point Ballet School se-JaBoDeTaBek, yang menggambarkan keindahan kolaborasi lintas usia, budaya, dan disiplin seni, dipentaskan megah di Gedung Kesenian Jakarta.

KABARINDO, JAKARTA –
Spektakuler. Impresif. Menyentuh. Tiga kata itulah yang mewakili keajaiban malam Minggu, 3 Agustus 2025 di Gedung Kesenian Jakarta, saat panggung disulap menjadi ruang penuh keajaiban melalui pertunjukan “Teka-Teki Tiga Masa”. Diselenggarakan oleh On Point Ballet School se-JaBoDeTaBek, pertunjukan ini menjadi perayaan seni yang menggugah hati, dipimpin oleh Miss Ester Agustina Manurung, Artistic Director dan pendiri sekolah, yang telah mengabdi lebih dari dua dekade dalam dunia balet Indonesia.

 

Seni Pertunjukan yang Menyentuh Jiwa

“Teka-Teki Tiga Masa” bukan sekadar balet, tetapi narasi yang hidup—kisah dua kakak beradik yang terpisah oleh badai laut, kemudian diselamatkan oleh Grand Mother Fairy, sosok magis yang diperankan memukau oleh penari profesional asal Amerika Serikat, Miss Marie Ritschard. Dengan tata panggung futuristik, kostum elegan, dan tata cahaya sinematik, penonton diajak masuk ke dunia fantasi yang penuh makna dan simbol.

Yang membedakan pertunjukan ini adalah kedalaman emosional yang disampaikan, bahkan oleh para penari cilik. Penonton tak hanya menyaksikan, tetapi ikut larut dalam kisah yang dihadirkan—momen-momen hening, ketegangan, hingga keharuan terasa sangat hidup dari baris depan hingga ke kursi paling belakang.

 

Inklusivitas yang Menyatu dalam Keanggunan

Salah satu kekuatan pertunjukan ini adalah inklusivitasnya. Penari dari berbagai usia, mulai dari balita hingga dewasa, tampil dalam harmoni yang utuh. Momen istimewa juga hadir lewat penampilan Thalia Esther, mantan atlet senam artistik DKI Jakarta, yang berkolaborasi indah dengan para penari balet—menunjukkan bahwa batas antara disiplin seni bisa melebur dan melahirkan keindahan baru.

Yang juga mencuri perhatian adalah kehadiran para penari berhijab, yang tampil dengan percaya diri dan penuh ekspresi, membuktikan bahwa dunia balet modern adalah ruang yang ramah, terbuka, dan menghargai keberagaman.

Dedikasi yang Menyeluruh

Keberhasilan pertunjukan ini tidak hanya lahir dari para penari di atas panggung, tetapi juga dari kerja keras para guru, staf, dan tim produksi yang menjunjung tinggi profesionalisme. Mulai dari pengaturan teknis, kenyamanan tamu undangan, hingga detail-detail kecil yang mencerminkan dedikasi On Point Ballet School dalam menyajikan pengalaman seni kelas dunia.

Filosofi Miss Ester Agustina—“Setiap anak memiliki kesempatan yang sama untuk tampil, berkembang, dan bersinar dengan keunikan mereka masing-masing”—terasa nyata dalam setiap bagian pertunjukan. Bahkan para penari balita diberi ruang untuk tampil sejajar dengan para senior, menghadirkan harmoni visual dan emosional yang sangat menyentuh.

Pertunjukan “Teka-Teki Tiga Masa” adalah sebuah pernyataan bahwa seni balet di Indonesia telah tumbuh dengan akar yang kuat dan cabang yang menjulang tinggi. Di bawah arahan Miss Ester Agustina Manurung, On Point Ballet School tidak hanya melatih keterampilan teknik, tetapi juga membentuk karakter, keberanian, dan rasa percaya diri generasi muda melalui seni.

Selamat kepada seluruh tim On Point Ballet School atas karya luar biasa ini. Indonesia patut berbangga. Kami menantikan keajaiban-keajaiban berikutnya di panggung seni pertunjukan Tanah Air.