Cerita Aldo Rinaldy: Dari Gaji Pas-pasan ke Ribuan Murid
KABARINDO, JAKARTA - Tidak semua orang memulai hidupnya dengan privilege. Aldo Rinaldy adalah salah satu dari mereka. Aldo yang merupakan anak dari seorang teknisi alat elektronik ini mengawali karirnya sebagai guru ekstrakurikuler di sebuah sekolah negeri di Desa Danau Indah, Cikarang Barat.
Pekerjaan itu tak menjanjikan banyak dari sisi materi, tapi justru membangkitkan semangat yang lebih besar untuknya: mengubah cara belajar bahasa Inggris yang tadinya biasa saja menjadi luar biasa. Mengawali impiannya untuk menyajikan Pendidikan bahasa Inggris berkualitas untuk sebanyak mungkin masyarakat Indonesia.
Di sebuah ruang kelas sederhana di sebuah desa, Aldo mengajar ekskul bahasa Inggris dengan kapur, papan tulis tua, namun tetap dengan harapan besar. Tak ada AC, tak ada gaji besar, hanya semangat ingin membuat anak-anak desa percaya bahwa mereka juga bisa bersaing di dunia global.
Setelah beberapa tahun mengajar ekskul, Aldo merasa ada yang mengganjal. Banyak murid yang memiliki potensi, namun dengan keterbatasan jam mengajar, ia tak memiliki waktu lebih untuk memoles potensi para muridnya sampai benar-benar jadi. Akhirnya ia sadar bahwa banyak murid potensial, tapi tidak didukung dengan akses dan materi yang memadai. Ia mulai meyakini, bahwa progress besar tak cukup datang dari ruang kelas. Harus ada yang memulainya dari luar sistem dan ia memilih menjadi orang itu.
“Saya ingin membuktikan, guru bisa sukses. Bukan dengan meninggalkan dunia pendidikan, tapi dengan membawanya naik kelas,” ujarnya.
Dengan modal pas-pasan dan keberanian besar, Aldo memulai sebuah kursus bahasa Inggris kecil-kecilan yang ia beri nama Golden English. Berawal di sebuah kontrakan petak 3x4 di dalam gang. Awalnya hanya beberapa murid, bahkan sebagian datang karena rasa kasihan, ingin bantu tetangga. Tapi ia terus konsisten, terus belajar, dan memperlakukan murid-muridnya seperti keluarga sendiri. Ia membersihkan tempat, belajar kebutuhan kelas, mengajar, membuat modul, mendesain promosi, terima telepon, bahkan menjawab chat pelanggan seorang diri. Golden English dibangun bukan hanya sebagai tempat kursus, tetapi sebagai ruang belajar yang menyenangkan, efektif, dan relevan dengan kebutuhan zaman. Metode belajar interaktif, pendekatan personal, dan suasana kelas yang hangat dan menyenangkan menjadi daya tarik utama.
“Tantangan terbesar bukan modal. Tapi mempertahankan semangat saat tidak ada yang percaya,” katanya.
Ia pernah dimaki, dianggap remeh, pernah rugi, pernah hampir menyerah. Tapi setiap kegagalan, ia ubah jadi pelajaran.
Ia terus benahi kualitas, bangun tim perlahan, rekrut guru terbaik, dan menjaga hal terpenting: value dan personal touch dalam pendidikan.
“Saya dulu hanya guru ekskul. Gaji kecil, kadang telat. Tapi dari ruang sederhana itulah, saya menemukan panggilan hidup saya.” Ujar Aldo CEO Golden English.
Hari ini, Golden English, Kursus bahasa Inggris yang dirintisnya telah berkembang pesat, Golden English telah membuka cabang di kota-kota besar seperti Jakarta, Bekasi, Tangerang, dan Bandung. Jumlah murid meningkat tajam, dari belasan menjadi puluhan ribu, didukung dengan pengelolaan yang profesional dan sistematis.
“Saya ingin membuat anak-anak Indonesia berani bicara, percaya diri, dan mampu bersaing secara global. Bahasa Inggris bukan hanya soal grammar, ini soal membuka peluang,” ujar Aldo CEO Golden English.
Aldo bukan hanya dikenal sebagai pengusaha sukses, tapi juga tokoh muda di dunia pendidikan yang merangkul dengan pendekatan kreatif, praktis, dan personal.
“Buat saya, ini bukan sekadar bisnis. Ini misi. Karena saya tahu rasanya jadi anak yang hanya punya sedikit peluang,” ucap Aldo.
“Pernah saya keliling mencari kursus bahasa Inggris, mengumpulkan banyak brosur, begitu dikasih ke ibu semuanya ditolak karena harganya gak ada yang masuk”, kenangnya sambil disertai tawa.
Lewat kisahnya, Aldo ingin menyampaikan satu hal: pendidikan bisa jadi jalan menuju perubahan — bukan hanya untuk murid, tapi juga untuk gurunya. Tak banyak yang menyangka bahwa seorang guru ekskul di desa dengan gaji pas-pasan bisa menjadi pendiri lembaga kursus besar dengan puluhan ribu murid di berbagai kota besar Indonesia. Tapi itulah yang dibuktikan oleh Aldo Rinaldy, pendiri Golden English — lembaga kursus bahasa Inggris yang kini berkembang pesat di tengah padatnya persaingan dunia pendidikan nonformal.
Hari ini, nama Aldo Rinaldy dikenal di dunia edupreneur sebagai salah satu tokoh muda yang berhasil membangun lembaga pendidikan dari nol, tanpa latar belakang keluarga pengusaha atau modal besar.
“Kalau saya, seorang guru ekskul, bisa bangun sesuatu dari nol... maka setiap orang juga bisa. Asal punya tekad, semangat belajar, dan tidak malu mulai dari bawah.” Ujar Aldo CEO Golden English.
Comments ( 0 )