Tamparan Mahfud untuk Jokowi dan Prabowo
KABARINDO, JAKARTA - Pengunduran diri Prof Mahfud MD bukan peristiwa biasa. Terdapat dua peristiwa:
Pertama adalah “Peristiwa Politik Elektoral”. Pengunduran diri Prof Mahfud adalah peristiwa politik yang bertafsir elektoral karena disampaikan secara terbuka dan bersamaan dengan momentum politik yang terjadi.
Prof. Mahfud menyampaikan rencana pengunduran diri di depan publik saat Pasangan Capres Ganjar Mahfud diganggu oleh atasannya di Kabinet yaitu Presiden Jokowi. Gangguan ini dilakukan secara intensif dan masif oleh Presiden Jokowi menjelang H-20 pelaksanaan Pilres.
Setelah mengirim surat kepada Presiden melalui sekretaris kabinet Pratikno pada Selasa, 30/1 untuk diatur pertemuan dengan Presiden; Prof Mahfud pada hari Rabu 31/1 menyatakan secara terbuka pengunduran dirinya di Bali (mendahului pertemuan dengan Presiden yang dijadwalkan Hari Kamis).
Setelah bertemu Presiden hari Kamis 1/2, sepanjang hari Prof Mahfud mendapatkan “coverage” media untuk kampanye gratis diantaranya liputan khusus di ILC, Rosi Kompas TV dll.
Kedua adalah “Peristiwa Moral Etis”.
Peristiwa pengunduran ini juga mengirim pesan penting sebagai "cermin" kepada dua figur penting yaitu: Calon Presiden Prabowo Subianto.
Prof Mahfud ingin Prabowo bercermin agar sebagai ksatria didikan militer berpangkat Letnan Jendral yang sedang berkontestasi menjadi Pemimpin Tertinggi di negeri ini agar mengikuti jejaknya untuk mundur (apalagi dalam berbagai kesempatan termasuk debat kandidat, Prabowo menyatakan tidak butuh jabatan dan hanya ingin mengabdi pada negara).
Bila Prabowo tidak mundur, maka Prabowo akan digoreng oleh publik jelang kampanye berakhir. Berbagai skandal sebelumnya yang berbasis moral etis terhadap Prabowo Gibran akan semakin membebani.
Selanjutnya pesan Mahfud juga ditujukan ke Presiden Joko Widodo.
Pesan dan cermin yang dikirimkan Prof Mahfud kepada Jokowi ada dua hal, yakni menyindir perilaku moral etis konflik kepentingan yang sedang dilakukan oleh Presiden Jokowi dalam kampanye terselubung maupun terang terangan untuk kepentingan anaknya dan calon yang Presiden Jokowi inginkan. Ini adalah tamparan pipi kanan ke Jokowi.
Adapun tamparan pipi kirinya adalah Presiden Jokowi *tidak cuti* selama kampanye terselubung yang dengan sengaja dipertontonkan di depan publik.
Prof Mahfud juga ingin menunjukkan pada Presiden Jokowi bahwa status dan sikap ksatria itu penting bukan “Datang Tampak Muka, Pulang Tampak Punggung”.
Prof Mahfud sedang membawa Cermin Kekuasaan ke depan Presiden Jokowi saat menghadap langsung dan pamit. Tidak seperti Presiden Jokowi yang sampai hari ini tidak pamit kepada Ibu Megawati PDIP.
Seolah dalam satu irama, Pengunduran Diri Prof Mahfud MD dibarengi dengan Petisi dan Pernyataan Keprihatinan dari berbagai kampus yang terus bergulir sampai hari ini untuk mengingatkan, mendesak, menuntut bahkan mengutuk agar Presiden Jokowi dan Seluruh Aparat tidak menyalahgunakan kekuasaan khususnya tidak melibatkan diri dalam PEMILU CURANG.
Sebuah Gerakan dari Alumni UGM yang harus diteladani. Di satu sisi baik yang berbeda arah dengan gerakan “Alumni UGM lain yang bergelar Alumni UGM Paling Memalukan” di sisi yang buruk.
Atau dengan sudut pandang yang lain, Capres Cawapres Alumni UGM yang saat ini berkompetisi yaitu di 01 dan 03 adalah YANG TERBAIK, sedang kan Capres Cawapres 02 nan penuh skandal KKN dan Dinasti didukung oleh Alumni UGM paling memalukan, adalah YANG TERBURUK!
Salam 4 Jari
Noor Cholis (Alumni ITB)
Comments ( 0 )