Penyebab KebutaanTertinggi, RS Mata JEC kembali Gelar Bakti Sosial 100 Operasi Implan Glaukoma Gratis
KABARINDO, JAKARTA - Secara global, glaukoma merupakan penyebab kebutaan tertinggi kedua setelah katarak. Penderita seringkali baru mencari pengobatan ketika sudah pada stadium lanjut.
Lebih-lebih 80 persen kasus glaukoma muncul tanpa gejala. Ini yang membuat glaukoma dijuluki sebagai ‘si pencuri penglihatan’.
Berkontribusi mengatasi situasi tersebut, eye care leader di Indonesia, JEC Eye Hospitals and Clinics atau RS Mata JEC kembali menggelar Bakti Sosial (Baksos) dengan memberikan operasi implan glaukoma gratis bagi penderita glaukoma - dengan target tindakan pada 100 mata.
Pelaksanaan tahun kedua inisiatif ini sejalan dengan tema World Sight Day 2024, yang puncak peringatannya berlangsung pada 10 Oktober lalu.
Diluncurkan tahun lalu, prakarsa JEC tersebut menjadi pionir aksi sosial di Indonesia yang berfokus pada tindakan operasi implan glaukoma. JEC sendiri telah tepercaya menjalankan operasi bedah mata untuk penanganan glaukoma. Sepanjang 5 tahun terakhir (2020 sampai 2024), JEC telah melakukan lebih dari 3.500 tindakan operasi glaukoma.
“Glaukoma terjadi lantaran peningkatan tekanan dalam bola mata yang dapat merusak saraf optik. Kondisi neuropati optik progresif ini berdampak pada penurunan fungsi penglihatan: lapang pandang semakin menyempit hingga buta permanen - yang tak bisa disembuhkan. Semakin mencemaskan lagi, glaukoma tidak bisa disembuhkan, tetapi kebutaan glaukoma dapat dicegah dengan deteksi dan terapi dini. Karenanya, penting bagi masyarakat untuk lebih sadar mengenai kelainan mata ini, sekaligus mengetahui tanda-tanda awalnya, sehingga glaukoma segera terdeteksi dan ditangani. Pemeriksaan mata secara rutin sangatlah krusial!” papar Prof. DR. dr. Widya Artini Wiyogo, Sp.M(K), Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dokter Subspesialis Glaukoma, dan Ketua JEC Glaucoma Service, JEC Eye Hospitals & Clinics.
Prevalensi glaukoma secara global pada kelompok usia 40-80 tahun mencapai 3,54 persen.
Pada 2013 saja, penderitanya mencapai 64,3 juta. Angka ini diproyeksi terus meningkat menjadi 76 juta pada 2020, dan diperkirakan berjumlah 111,8 juta pada 2040 mendatang.
Sementara di Indonesia, data yang sempat dirilis secara resmi barulah prevalensi glaukoma sebesar 0,46% (setiap 4 sampai 5 orang per 1.000 penduduk). Di JEC Eye Hospitals and Clinics, jumlah pasien yang terdiagnosa glaukoma mencapai hampir 250.000 orang; hanya selama periode lima tahun terakhir (2020 sampai 2024)!
Prof. DR. dr. Widya Artini Wiyogo, Sp.M(K), menambahkan, Glaukoma bersifat kronis, dan sangat mempengaruhi kualitas hidup penyandangnya. Lapang pandang yang terbatas tentunya mengganggu aktivitas sehari-hari.
"Secara psikologis, penderita glaukoma juga berisiko merasakan kecemasan, bahkan sampai depresi - karena terus menerus mengkhawatirkan kebutaan. Belum lagi imbas finansial atas kebutuhan pengobatan glaukoma. Tindakan intervensi medis berupa operasi implan glaukoma menjadi salah satu solusi yang tepat agar penderita mendapatkan kembali hidup yang berkualitas terhindar dari kebutaan akibat glaukoma. Inilah yang mendorong JEC untuk melanjutkan aksi sosial ini," terangnya lagi.
Implan glaukoma, lanjutnya lagi, merupakan prosedur bedah untuk menurunkan tekanan dalam bola mata. Operasi ini menjadi pilihan utama bagi pasien glaukoma dengan tekanan bola mata yang tetap tidak terkontrol, atau mengalami kerusakan saraf mata yang berat, dan sudah tidak lagi merespons terapi lainnya.
Prosedur implan glaukoma melibatkan pemasangan implan kecil di dalam mata (berupa tabung silikon kecil yang menempel pada semacam plat) untuk membantu mengalirkan cairan agar keluar dari bola mata dan menurunkan tekanan intraokular. Berdasarkan studi, pemasangan implan glaukoma mempunyai tingkat keberhasilan 80-85 persen.
“Pelaksanaan aksi sosial operasi implan glaukoma JEC tahun ini menyasar penerima manfaat yang lebih luas, utamanya masyarakat yang membutuhkan. Dengan teknik operasi terbaru dan variasi pilihan implan glaukoma yang tersedia, kami berharap aksi sosial ini bisa membantu pasien-pasien glaukoma untuk mendapatkan kembali kontrol tekanan bola mata lebih baik. Harapannya, pasien glaukoma, merasakan kenyamanan lebih, baik saat maupun pasca-tindakan,” jelas Dr. Zeiras Eka Djamal, SpM(K), Dokter Subspesialis Glaukoma JEC Eye Hospitals and Clinics dan Ketua Pelaksana Operasi Implan Glaukoma JEC 2024, di JEC Kedoya, Jakarta Barat, Selasa (29/10/2024).
Tahun ini, rangkaian operasi implan glaukoma gratis dijalankan secara bertahap mulai Oktober 2024 hingga April 2025, dengan penerima manfaat berasal dari berbagai wilayah Indonesia (total 100 mata). Titik skrining dan pelaksanaan operasi akan melibatkan hampir seluruh cabang JEC Eye Hospitals and Clinics, sedangkan implementasi perdana tindakan operasi implan tahap kedua ini dipusatkan di RS Mata JEC @ Kedoya.
Jaringan JEC Eye Hospitals and Clinics telah menyediakan JEC Glaucoma Service, yakni layanan khusus glaukoma yang komprehensif, mulai dari edukasi, konsultasi, diagnostik, hingga tindakan medis dan bedah. JEC Glaucoma Service menawarkan opsi pengecekan secara komplet, mulai pemeriksaan tekanan bola mata berakurasi sangat tinggi (Goldmann Applanation Tonometry), evaluasi struktur saraf mata (Optical Coherence Tomography), pemeriksaan luas lapang pandang (Humphrey Visual Field Perimetry), pemeriksaan sudut bilik mata depan (gonioscopy and anterior segment optical coherence tomography/OCT anterior), hingga pemeriksaan optic disc dan retina mata (Foto Fundus).
Bagi pasien yang memerlukan tindakan lebih lanjut, JEC Glaucoma Service menghadirkan beragam terapi glaukoma, seperti medikamentosa, laser dan tindakan operatif - yang bertujuan mengontrol progresivitas penyakit guna mencegah kebutaan. Lebih jauh, layanan ini juga diperkuat tindakan operasi, yang terdiri atas trabekulektomi, implan glaukoma dan berbagai macam operasi lainnya.
“Peringatan World Sight Day 2024 menjadi momentum pengingat untuk semakin peduli pada kesehatan mata, khususnya guna mengantisipasi ancaman glaukoma. Pemeriksaan mata secara berkala, dilanjutkan penanganan glaukoma sesegera mungkin dan tepat, menjadi kunci untuk menghindarkan risiko kebutaan akibat glaukoma. Kesinambungan inisiatif operasi implan glaukoma ini bukan hanya realisasi komitmen JEC dalam optimalisasi penglihatan masyarakat Indonesia. Lebih dari itu, ini merupakan langkah nyata JEC memberikan impak yang berkelanjutan bagi para penyandang glaukoma yang memiliki keterbatasan finansial,” tutup DR. Dr. Setiyo Budi Riyanto, SpM(K), Direktur Utama JEC @ Kedoya, JEC Eye Hospitals & Clinics. Foto: Orie Buchori/Kabarindo.com
Comments ( 0 )