Isu ESG Makin Populer, Mobil Listrik Hingga Ketenagakerjaan Jadi Pembahasan

Isu ESG Makin Populer, Mobil Listrik Hingga Ketenagakerjaan Jadi Pembahasan

Isu ESG Makin Populer, Mobil Listrik Hingga Ketenagakerjaan Jadi Pembahasan

Surabaya, Kabarindo - Perkembangan kesadaran terhadap isu Environmental, Social and Governance (ESG) atau Lingkungan, Sosial dan Tata Kelola (LST) telah menjadi perhatian utama masyarakat dalam beberapa tahun terakhir.

Tim Continuum-INDEF dan Populix melakukan analisis mendalam terhadap data yang mencerminkan kesadaran masyarakat terhadap isu-isu ini, dengan meluncurkan laporan Indeks Konsumen Indonesia Report: Awareness Masyarakat terhadap Isu Lingkungan”. Pembahasan dilakukan dengan menggunakan data primer dan sekunder berdasarkan beberapa indikator yang telah ditentukan. Analisis data primer dilakukan dengan metode big data analytics oleh Tim Continuum-INDEF dengan kolaborasi metode survei oleh Populix.

Topik yang dipilih untuk dianalisis di dalam IKON Report edisi 11 ini meliputi:

  • Lingkungan (Environment): mobil listrik, polusi udara, energi terbarukan
  • Sosial (Social): ketenagakerjaan, HAM dan isu politik (pemilu)
  • Tata Kelola (Governance): korupsi, kolusi, nepotisme (KKN), kebebasan berpendapat, keamanan siber (cybersecurity)

Survei Populix menemukan bahwa secara umum, responden sudah memiliki pengetahuan dan kesadaran yang tinggi pada topik dan isu-isu LST. Namun, persepsi responden dalam menilai kebijakan dan upaya pemerintah dalam isu LST cenderung lebih rendah. Dari topik lingkungan, isu kendaraan listrik memiliki persepsi yang positif, tetapi keinginan untuk beralih dan meninggalkan bahan bakar fosil masih rendah. Sementara untuk isu sosial, ketenagakerjaan menjadi isu yang mnarik perhatian masyarakat. Responden cenderung menilai kondisi pasar kerja di Indonesia belum terlalu baik. Pada topik tata kelola, pengetahuan mengenai isu KKN sudah baik, tetapi persepsi terhadap upaya pemerintah dalam memerangi KKN masih cenderung kurang efektif.

“Perbedaan dalam tingkat pendidikan dan status ekonomi menghadirkan nuansa yang menarik dalam pemahaman terhadap isu-isu LST. Responden dengan tingkat pendidikan lebih tinggi menunjukkan pemahaman yang lebih mendalam terkait topik ketenagakerjaan dan keamanan siber. Begitu juga pada tingkat ekonomi, dimana responden dengan ekonomi tinggi lebih proaktif dalam menghadapi polusi udara dengan langkah-langkah perlindungan diri yang lebih lanjut," ungkap Nazmi Haddyat Tamara, Social Research Manager Populix.

Lingkungan (environment)

Selama periode observasi Oktober-November 2023, mobil listrik menjadi pusat perhatian dalam perbincangan lingkungan, mengungguli perbincangan seputar polusi udara dan energi terbarukan. Meskipun responden cenderung melihat kendaraan listrik sebagai solusi potensial untuk meningkatkan kualitas udara, mayoritas masih belum memiliki berencana untuk mengadopsi kendaraan listrik dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, polusi udara menjadi perhatian utama dengan fokus pada kondisi udara di Jakarta, dampaknya dan perasaan masyarakat terhadap isu tersebut. Meskipun ada persepsi bahwa kondisi udara di Jakarta telah membaik, perbedaan pandangan muncul antara hasil survei dan analisis media sosial. Faktor ekonomi juga berperan, dengan responden berpendapatan tinggi memiliki akses ke lingkungan yang lebih bersih.

Sementara itu, kesadaran akan kesehatan cenderung tinggi di kalangan responden, yang tercermin dalam tindakan proaktif responden, seperti penggunaan masker. Responden dengan tingkat ekonomi tinggi bahkan mampu melibatkan langkah perlindungan diri tambahan, seperti membeli air purifier.

Dalam konteks energi terbarukan, perbincangan mencakup dukungan terhadap penggunaan energi baru terbarukan (EBT) dan pemanfaatan limbah cair sawit sebagai EBT. Meskipun masih sedikit responden yang menerapkan energi terbarukan secara mandiri, responden menunjukkan kecenderungan positif untuk mengadopsi energi terbarukan di masa depan. Sebagian lainnya mengekspresikan ketidaksetujuan terhadap efektivitas upaya pemerintah dan industri dalam mempromosikan sumber energi terbarukan.

Sosial (social)

Isu-isu sosial menjadi fokus perbincangan utama dengan tiga isu utama yaitu ketenagakerjaan, hak asasi manusia (HAM) dan isu tahun politik. Ketenagakerjaan mendominasi perbincangan dengan lebih dari 110 ribu pembahasan selama periode observasi, mencerminkan ketidakpuasan masyarakat pada kesulitan mencari pekerjaan, upah yang dianggap rendah, nasib guru honorer dan keinginan untuk gaji lebih tinggi. Respon dari media sosial dan survei menunjukkan kekecewaan terhadap kondisi pasar kerja, khususnya terkait kebijakan dan upaya pemerintah dalam menciptakan lapangan kerja, serta melindungi hak pekerja. Sulitnya mempertemukan antara pencari kerja dan lapangan kerja yang sesuai juga menjadi perhatian, dengan faktor seperti ekspektasi gaji yang tinggi dan persyaratan pekerjaan yang spesifik.

Isu HAM mencakup berbagai topik, termasuk harapan akan pemimpin dengan kesadaran HAM tinggi, pembentukan Desa/Kelurahan Sadar Hukum, pemilihan Indonesia sebagai anggota dewan HAM di PBB dan protes terhadap kasus-kasus HAM di Indonesia. Meskipun mayoritas responden menyatakan bahwa HAM dihormati dengan baik, terdapat sedikit ketidaksetujuan terkait upaya pemerintah dalam melindungi HAM secara optimal. Hal ini mencerminkan kompleksitas persepsi masyarakat terhadap keseimbangan antara pencapaian dan tantangan dalam memastikan keberlakuan penuh HAM di tingkat nasional.

Sementara itu, respon positif terhadap pemahaman proses Pemilu dan Pilpres 2024 menunjukkan tingginya kesadaran politik, terutama di kalangan responden dengan pendidikan tinggi. Meskipun mereka merencanakan partisipasi aktif dalam pemilihan, sebagian besar tidak berencana untuk terlibat sebagai relawan kampanye pemilihan calon presiden tertentu.

Tata Kelola (governance)

Tata kelola mencakup luasnya ruang isu tata kelola perusahaan dan negara. Hal-hal yang banyak diperbincangkan yaitu kebebasan berpendapat dan keamanan siber (cybersecurity), intimidasi terhadap jurnalis, konflik Rempang dan kebocoran data pada 2023. Maraknya kasus korupsi, melibatkan pejabat tinggi negara, juga menjadi perhatian utama responden dan mencerminkan ketidakpuasan masyarakat terhadap praktik korupsi yang merugikan negara.

Perbincangan tentang korupsi juga mencakup isu-isu kebebasan berpendapat dan tata kelola, terutama di media sosial. Data survei menunjukkan bahwa responden, terutama yang berpendidikan tinggi, mengaitkan praktik KKN dengan konsekuensi ekonomi dan sosial yang merugikan. Gen Y cenderung lebih pesimis tentang upaya pemerintah dalam memerangi KKN, sementara sebagian besar responden aktif mengungkapkan pendapat dan kritik mereka terhadap kasus KKN melalui berbagai platform.

Isu kebebasan berpendapat dan keamanan siber juga menjadi pusat perhatian, terutama dalam konteks konflik Rempang Eco-City. Perbincangan di media sosial dan hasil survei menunjukkan masyarakat memiliki pemahaman yang baik tentang risiko keamanan siber, meskipun masih ada ketidaksetujuan terhadap langkah-langkah pemerintah dalam melindungi masyarakat dari ancaman siber. Responsif terhadap tantangan ini, responden secara aktif mengambil langkah-langkah pribadi untuk meningkatkan keamanan mereka di dunia digital.

Secara keseluruhan, perbincangan yang tinggi mengenai isu sosial dan tata kelola mencerminkan kepedulian dan kesadaran masyarakat terhadap perkembangan yang terkait dengan kebebasan berpendapat, keamanan siber dan tata kelola di tingkat perusahaan maupun negara.

Foto: ilustrasi mobil listrik