Gaji Pas-pasan Bukan Alasan Tak Bisa Menabung

Gaji Pas-pasan Bukan Alasan Tak Bisa Menabung

Gaji Pas-pasan Bukan Alasan Tak Bisa Menabung

Dari Podcast Cangkru’an OJK Jatim via IG Live, ajak masyarakat bijak kelola keuangan

KABARINDO, SURABAYA – Gaji pas-pasan bukan alasan sulit atau tak bisa menabung. Ini bergantung niat sejak awal dan perilaku masing-masing dalam mengelola keuangan dengan bijak.

Hal itu dibahas dalam Podcast Cangkru’an Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jawa Timur via IG Live pada Selasa (30/9/2025) yang mengusung topik “Gaji Cepat Habis? Yuk Kelola Keuangan dengan Bijak”.

Kegiatan tersebut menghadirkan narasumber Asisten Direktur Divisi Pengawasan Perilaku PUJK, Edukasi, Perlindungan Konsumsen Kantor OJK Provinsi Jawa Timur, Indrawan Nugroho, yang dipandu oleh Analis Divisi Pengawasan Perilaku PUJK, Edukasi, Perlindungan Konsumsen Kantor OJK Provinsi Jawa Timur, Anugerah Rakhman.

Rakhman mengatakan, Podcast Cangkru’an OJK Jawa Timur rutin dilaksanakan via Instagram sebagai bagian dari edukasi literasi keuangan. Podcast dikemas dalam gaya santai dengan menghadirkan narasumber yang mumpuni dan mengusung topik yang berbeda-beda, serta memberikan pemaparan yang mudah dipahami, dengan harapan tingkat literasi keuangan masyarakat terus meningkat.

Indrawan melihat, banyak orang, terutama anak muda, yang merasa sulit bahkan tak bisa menabung dengan alasan gaji yang diterima pas-pasan, sehingga tidak tersisa unttuk menabung. Padahal ini bergantung pada niat sejak awal dan perilaku masing-masing dalam mengelola keuangan dengan bijak.

“Ini kembali pada niat kita sejak awal bagaimana mengelola gaji. Jangan membelanjakan uang, karena keinginan semata, bukan berdasarkan kebutuhan,” ujarnya.

Menurut Indrawan, menabung harus direncanakan sejak pertama kali menerima gaji, dengan menyisihkan sebagian. Hal ini harus dilakukan setiap bulan secara disiplin dan konsisten.

Selain itu, menurut Indrawan, banyak orang, terutama anak muda, yang berperilaku FOMO (fear of missing out) dan menganut gaya hidup YOLO (you only live once), yang membuat mereka mengikuti arus tren dan suka bersenang-senang. Mereka tidak berpkir bahwa menabung sangat diperlukan untuk mengantisipasi jika sewaktu-waktu terjadi sesuatu yang tak diharapkan.

“Mereka ikut-ikutan apa yang sedang menjadi tren. Contohnya, beli sepatu lari yang sebenarnya bisa memilih harga lebih terjangkau, tapi dikalahkan oleh FOMO yang biasanya dipicu lewat media sosial,” ujarnya.

Indrawan memberikan tips agar gaji tidak cepat habis, bisa menabung bahkan berinvestasi. Ia merincikan, dari gaji yang diterima, 40% untuk biaya hidup, 30% untuk membayar cicilan hutang dan 10%-20% disisihkan untuk ditabung atau berinvestasi.

Indrawan juga menasehati, jika hendak berinvestasi jangan tergiur iming-iming di luar logika. Namun harus berpegang pada 2 L yaitu logis dan legal. Selain itu, dalam berinvestasi sebaiknya tidak di satu macam. Namun bisa berberapa macam seperti reksadana, saham atau lainnya. Tentu saja dengan mempertimbangkan tingkat risikonya secara matang.