Gajah-Gajah Sri Lanka Mati karena Plastik
KABARINDO, PALLAKKADU – Konservasionis dan dokter hewan memperingatkan bahwa sampah plastik di tempat pembuangan sampah terbuka di Sri Lanka timur telah membunuh gajah-gajah di wilayah tersebut.
Sekitar 20 gajah telah mati selama delapan tahun terakhir setelah memakan sampah plastik di tempat pembuangan sampah di desa Pallakkadu di distrik Ampara, sekitar 210 kilometer (130 mil) timur ibukota, Kolombo. Dua ditemukan mati selama akhir pekan lalu.
Pemeriksaan hewan yang mati menunjukkan bahwa mereka telah menelan sejumlah besar plastik yang tidak dapat terurai yang ditemukan di tempat pembuangan sampah, kata dokter hewan satwa liar Nihal Pushpakumara.
“Polythene, pembungkus makanan, plastik, benda-benda yang tidak bisa dicerna lainnya, termasuk benda tajam, dan air adalah satu-satunya hal yang bisa kita lihat di [pemeriksaan] post mortem. Makanan normal yang biasa dimakan dan dicerna gajah tidak nampak [dalam pemeriksaan itu],” katanya.
Makanan tidak layak konsumsi itu merusak sistem pencernaan mereka hingga “mereka kemudian berhenti makan dan menjadi terlalu lemah untuk menjaga tubuh mereka yang berat tetap tegak. Ketika itu terjadi, mereka tidak dapat mengkonsumsi makanan atau air, yang mempercepat kematian mereka,” imbuh Pushpakumara.
Minim Pencegahan
Ada 54 tempat pembuangan sampah di zona satwa liar di seluruh negeri, dengan sekitar 300 gajah berkeliaran di dekat mereka, menurut seorang pejabat setempat.
Pada tahun 2017, pemerintah mengumumkan akan mendaur ulang sampah di tempat pembuangan dekat zona satwa liar untuk mencegah gajah mengonsumsi sampah plastik.
Mereka juga mengatakan pagar listrik akan didirikan di sekitar lokasi untuk menjauhkan hewan-hewan itu. Namun, hingga kini keduanya belum sepenuhnya dilaksanakan.
Dihormati tapi Terus Berkurang
Gajah dihormati di Sri Lanka tetapi juga terancam punah. Jumlah mereka telah berkurang dari sekitar 14.000 pada abad ke-19 menjadi 6.000 pada tahun 2011, menurut sensus gajah pertama di negara itu.
Mereka semakin rentan karena hilangnya dan terdegradasinya habitat alami mereka.
Banyak yang menjelajah lebih dekat ke pemukiman manusia untuk mencari makanan, dan beberapa dibunuh oleh pemburu liar atau petani yang marah karena kerusakan tanaman mereka. ***(Sumber dan foto: AP)
Comments ( 0 )