Cacing Kecil Bantu Diagnosis Kanker Paru Lebih Cepat
KABARINDO, SAN DIEGO – Para ilmuwan di Universitas Myongji di Korea Selatan menemukan bahwa sejenis cacing mikroskopik dapat mendeteksi keberadaan sel kanker paru.
Saat ini, dokter pada umumnya mendiagnosis kanker paru-paru menggunakan tes pencitraan atau biopsi, tetapi metode ini biasanya tidak dapat mendeteksi tumor kanker pada tahap awal, yakni ketika para pasien memiliki peluang lebih baik untuk diobati.
Anjing telah menunjukkan keterampilan luar biasa dalam mengendus kanker lewat napas, keringat, urin, dan feses manusia, tetapi anak anjing yang terlatih jumlahnya sedikit dan kehadiran mereka kurang praktis di laboratorium.
Sebagai gantinya, peneliti Nari Jang dan Shin Sik Choi memutuskan untuk menggunakan cacing C. elegans, juga dikenal sebagai nematoda, yang berukuran hanya sekitar 1 mm dan juga memiliki indra penciuman yang lebih tinggi.
Mereka mengumpulkan perangkat dasar "cacing-pada-chip" yang suatu hari nanti dapat membantu dokter mendiagnosis kanker lebih awal, non-invasif, dan lebih murah.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa cacing ini tertarik pada urin dari orang-orang dengan berbagai jenis kanker.
(Foto: C elegans/nematoda -New Scientist)
Aroma Bunga
Untuk menguji cacing tersebut, tim merancang sebuah chip dengan ‘sumur’ di setiap ujungnya yang dihubungkan oleh saluran ke ruang pusat, dan menempatkannya di cawan Petri.
Mereka menambahkan setetes cairan yang mengandung sel kanker paru-paru di satu ujung, dan sel normal di ujung lainnya, dan menempatkan cacing di ruang tengah.
Setelah satu jam, tim mengamati bahwa lebih banyak cacing yang merangkak menuju sel kanker paru-paru daripada sel normal.
Berdasarkan pengujian mereka, para peneliti memperkirakan perangkat itu sekitar 70 persen efektif dalam mendeteksi sel kanker.
Temuan itu dipresentasikan pada pertemuan American Chemical Society di San Diego, California pada hari Minggu, (20/3).
Jang dan Choi menemukan bahwa cacing gelang tertarik pada sel kanker paru-paru karena senyawa organik yang mudah menguap yang disebut 2-etil-1-heksanol, yang memiliki aroma bunga.
"Kami menduga baunya mirip dengan aroma makanan favorit mereka," kata Jang.
Mereka sekarang berharap untuk membuat tes lebih akurat dengan mengekspos cacing ke sel kanker sebelumnya dan dengan demikian melatih mereka untuk merespons aroma bunga ini.
Setelah mereka menyempurnakan perangkat ini, para peneliti juga berencana untuk melanjutkan dengan menguji urin, air liur, dan napas manusia dan melihat bagaimana cara cacing mendeteksi bentuk kanker lainnya.
***(Sumber dan foto: Euronews/Nari Jang)
Comments ( 0 )