Tokoh Rimbawan Dirikan Wana Bahari Lestari

Tokoh Rimbawan Dirikan Wana Bahari Lestari

KABARINDO, JAKARTA - Sejumlah tokoh lingkungan dan rimbawan mendirikan Wana Bahari Lestari. Badan ini didirikan untuk mempelopori gerakan pelestarian hutan dan ekosistem bawah laut beserta biotanya, diversitinnya dan seluruh kehidupannya.

Tokoh lingkungan dan rimbawan tersebut di antaranya Dr. Transtoto Handadhari, Dr. Eddy Limantoro, Dr. Inung Wiratno, Dr. Retno Hastijanti, Dr. Ibong Agoeztanzil Sjahruzah, Dr. Asep Karsidi, Irjenpol (P) Drs. Bekto Suprapto dan Dr Satyawan, Dirjen KSDAE KLHK 

Transtoto yang merupakan rimbawan senior UGM dan lulusan University of Wisconsin at Madison, AS, mengatakan, begitu banyak kekayaan samodera Indonesia yang telah dikuras oleh bangsa-bangsa lain baik itu berupa limpahan ikan, rumputan laut, terumbu karang dan banyak kekayaan lainnya yang dieksploitasi secara besar-besaran tanpa upaya pembatasan, pelestarian apalagi pengembangannya.

"Itupun belum termasuk; penyerapan karbon lautan yang bisa hilang yang sampai sekarang belum diperhitungkan nilainya", jelas Transtoto.

Ditambahkan, Indonesia memiliki wilayah lautan yang sangat luas, kaya dan relatif bebas itu menjadi jarahan masyarakat dunia, bahkan ajang pembuangan limbah sampah, plastik, racun, bangkai  dan lainnya tanpa mempertimbangkan kerugian yang terjadi.

"Lautan yang sangat umum digunakan sebagai sarana mencemari, merusak dan memusnahkan kehidupan tersebut  sebagian selalu diabaikan.” keluh Transtoto.

Transtoto bersama teman-temannya antara laim dan unsur yang lain tergerak untuk mewujudkan upaya pelestarian ekosistem di bawah laut yang luasnya diperkirakan sekitar 220.000.000 hektar tersebut.

"Kami bergerak atas dasar kemanusiaan dan cinta ekosistem lingkungan  agar kekayaan alam di bawah lautan itu berkembamg dan lestari untuk kesejateraan. Kami tidak mengambil apa-apa", kata Eddy menambahkan.

Patriotisme Indonesia di atas sangat mendapatkan apresiasi dunia. Wana Bahari Lestari dibentuk oleh patriotsime tersebut berjuang untuk tidak mengambil sebuah keuntungan namun sebaliknya mengatur dan mencari solusi untuk bagaimana kita semua berbuat untuk alam, sambil terus berjuang memperbaiki hutan daratan kita yang kian menyusut termasuk menamani tumbuhan Pingopa sp. di Papua dan sekitarnya seluas 11 juta hektare. Foto: Ist