Pemanfaatan Microalgae, Mampu Serap Karbon Dioksida 10x-20x Dibandingkan Pohon

Pemanfaatan Microalgae, Mampu Serap Karbon Dioksida 10x-20x Dibandingkan Pohon

Pemanfaatan Microalgae, Mampu Serap Karbon Dioksida 10x-20x Dibandingkan Pohon

KABARINDO, SURABAYA - Di tengah tantangan lingkungan global, gaya hidup berkelanjutan sudah menjadi kebutuhan. Dengan semakin terbatasnya sumber daya alam, penggunaan sumber daya alternatif kini menjadi bagian penting dalam menciptakan masa depan dan lingkungan yang lebih baik.

Tetapi di sisi lain, laju penggunaan sumber daya mungkin lebih cepat dari upaya kita untuk menjaga alam itu sendiri. Karena itu diperlukan inovasi dan eksplorasi yang terus menerus untuk menemukan cara-cara baru dalam mewujudkan gaya hidup yang berkelanjutan.

Sebagai gambaran sederhana, berdasarkan laporan Institute of Development of Economics and Finance (INDEF) tahun 2023, diketahui bahwa kadar emisi gas kaca atau CO2 yang bersumber dari kendaraan bermotor di Jakarta adalah sekitar 81,17 juta ton per hari. Sedangkan rata-rata 1 pohon berumur 10-20 tahun hanya akan menyerap 22 kg CO2 per tahun atau 60 gr CO2 per hari. Jadi secara kasar, kita memerlukan 1,35 miliar pohon untuk bisa menyerap CO2 dari emisi kendaraan saja. Karena itu harus ada eksplorasi dan inovasi untuk mewujudkan keberlanjutan dan bumi yang lebih baik.

Dalam konteks pembangunan, solusi inovatif untuk mengurangi jejak karbon sekaligus menghadirkan material yang lebih efisien dan hijau juga harus terus dilakukan.

Nyiayu Chairunnikma, Head of Marketing Semen Merah Putih, mengatakan eksplorasi terhadap solusi inovatif adalah satu satunya cara mendukung keberlanjutan industri konstruksi.

“Kami selalu berkomitmen untuk mengeksplorasi cara-cara baru dalam mendorong keberlanjutan dan tanggung jawab terhadap pembangunan yang berwawasan lingkungan,” ujarnya.

Semen Merah Putih sedang mengembangkan salah satu inovasi yang dapat menjadi solusi penyerap emisi karbon yaitu pemanfaatan microalgae. Organisme mikroskopis ini memiliki potensi besar dalam mendukung keberlanjutan. Microalgae mampu menyerap karbon dioksida dalam jumlah besar (10 - 50 kali dari rata-rata 1 pohon), juga dapat digunakan sebagai bahan baku alternatif di berbagai sektor, mulai dari pangan, energi hingga material konstruksi ramah lingkungan.

“Microalgae memang bukan material konstruksi, tetapi perannya sangat signifikan dalam konteks keberlanjutan. Organisme ini mampu menyerap karbon dioksida dalam jumlah 10-20x dibanding pohon dan masa tunggu yang hanya 4 minggu. Lebih singkat dibanding menunggu pohon dewasa, sehingga dapat menjadi solusi cepat dalam mengurangi emisi yang dihasilkan dari aktivitas industri, termasuk konstruksi. Pemanfaatan terhadap alternatif ramah lingkungan seperti microalgae adalah bagian dari komitmen kami untuk mendorong efisiensi, keberlanjutan dan tanggung jawab lingkungan,” ujar Ayu.

Dengan menjadikan microalgae sebagai bagian dari perjalanan eksplorasi berkelanjutan, kita tidak hanya menciptakan terobosan, tetapi juga menanam investasi bagi generasi mendatang. Karena pada akhirnya, gaya hidup yang berpihak pada keberlanjutan adalah langkah nyata menuju kebaikan masa depan.

Foto: istimewa