Nusa Amin, Perajin Kain Tenun Jombang yang Jadi Rancangan Busana di Lao Fashion Week 2023
Nusa Amin, Perajin Kain Tenun Jombang yang Jadi Rancangan Busana di Lao Fashion Week 2023
Pernah jadi kuli, belajar secara otodidak, mulai usaha dari nol dan rugi Rp.300 juta
Surabaya, Kabarindo- Usaha tidak mengkhianati hasil. Kegagalan dan bangkrut tidak boleh membuat putus asa dan menyerah. Dengan keyakinan, kerja keras dan terus mengasah ketrampilan akan memberikan kesuksesan.
Hal ini diterapkan Nusa Amin, perajin batik brand Nusa yang mengawali usaha di Bali pada 1995-2005. Namun usahanya bangkrut dan meninggalkan hutang Rp.300 juta, sehingga ia kembali ke kota asalnya Jombang, Ia mempunyai hutang sebesar itu pada 10 orang dan beruntung tidak mendapat teror, meski belum mampu membayar utang.
Amin menuturkan, akibat kegagalan tersebut, ia sempat mengalami stres selama 1 tahun dan vakum beberapa tahun. Ia kembali menekuni batik pada 2010 dan usahanya mulai bangkit, sehingga mampu mengangsur hutangnya pada 2015 hingga lunas seluruhnya pada 2018.
Amin lalu melebarkan usaha dengan memproduksi kain tenun pada 2020. Sayang keberuntungan belum berpihak. Produknya kurang diminati. Ada tiga motif kain yang terlantar, bahkan dimakan rayap.
“Kain tenun saya banyak yang nggak laku. Rasanya ngenes. Kain motif Paseban Mojopahit lama tersimpan digudang, akhirnya dimakan rayap. Kain motif Krokotan dengan gambar sulur-sulur, saya bagikan kepada orang-orang. Yang motif lurik Jombangan akhirnya dibawa Mas Embran untuk dirancang jadi pakaian yang ditampilkan di Lao Fashion Week,” papar pria kelahiran 1970, ayah dari 3 putra usia 20 tahun, 17 tahun dan 10 tahun ini.
Amin bersyukur bertemu Embran dalam sebuah event fashion di Bromo pada 2022. Embran tertarik dengan kain tenun yang dipajang Amin dalam pameran yang diikuti UMKM. Mereka lalu sepakat untuk berkolaborasi. Amin mengatakan punya kain 32 meter dengan lebar 95 cm yang sudah 3 tahun menganggur di gudangnya. Embran setuju untuk merancang kain tenun tersebut menjadi busana yang ia tampilkan di Lao Fashion Week pada 9 September lalu.
Amin mengaku ia pernah menjalani hidup yang berat. Ia hanya lulusan SMA dan pernah menjadi kuli. Ia juga tidak memiliki latar belakang dunia batik dan ketrampilan membatik maupun menenun. Namun ia belajar secara otodidak.
Amin menerangkan, ia memiliki tempat produksi dan showroom di Mojoagung, Jombang. Karyawannya sebanyak 13 orang yang merupakan warga setempat, karena ia ingin memberdayakan mereka. Karyawan laki-laki bertugas melakukan pewarnaan, sedangkan yang perempuan bagian menenun karena telaten.
Meskipun Amin sudah memproduksi kain tenun, namun ia tetap menggeluti batik. Ia juga menekuni ecoprint, shibori dan tie dye. Semua produknya menggunakan pewarna alam. antara lain warna biru indigo dari tanaman tomtoman.
Amin mengatakan, batik masih menjadi andalan penghasilannya. Omzet terbesar Nusa Amin diperoleh dari batik. Batik juga sudah populer di kalangan masyarakat luas dan menjadi busana favorit. Karena itu, ia akan tetap menggeluti batik.
“Saya yakin dengan kerja keras, ketekunan dan terus belajar hal-hal baru, akan mampu mewujudkan impian dan mencapai tujuan,” ujarnya.
Comments ( 0 )