Menjadi Flexitarian untuk Resolusi Hidup Lebih Sehat (Bagian 1)
KABARINDO, TANGERANG – Usia, gangguan kesehatan, obesitas, atau niat murni ingin hidup lebih sehat biasanya mendorong banyak orang untuk membuat resolusi tahun baru yang terfokus pada pola makan yang lebih sehat.
Cukup banyak yang kemudian berhasil mengubah kebiasaan makannya dengan drastis dan menjadi pengikut berbagai diet, seperti diet keto, menjadi seorang vegetarian atau bahkan vegan. Namun, tak jarang pula yang kemudian gagal menjalankan pola diet baru mereka dan kembali ke kebiasaan makan sebelumnya.
Bagi orang yang dibesarkan dengan asupan makanan yang bervariasi, pada umumnya memang tidak mudah untuk 100% mengonsumsi hanya makanan hewani saja atau hanya nabati saja.
Bila Anda termasuk golongan orang-orang yang mengalami kesulitan ini, opsi menjadi flexitarian patut dipertimbangkan.
Melibatkan panel yang beranggotakan pakar-pakar kesehatan dan ahli nutrisi di Amerika Serikat, US News menobatkan flexitarian sebagai diet (pola makan) terbaik kedua, seri dengan diet DASH yang fokus untuk mengontrol dan mencegah beberapa penyakit.
Tidak seperti diet Mediterranea yang menjadi juara diet di daftar itu, flexitarian masih memungkinkan pengikutnya untuk sesekali makan daging-dagingan.
Bagaimana Menjadi Flexitarian?
Istilah flexitarian diciptakan lebih dari satu dekade lalu oleh ahli diet resmi, Dawn Jackson Blatner, dalam bukunya yang terbit tahun 2009 "The Flexitarian Diet: The Mostly Vegetarian Way to Lose Weight, Be Healthier, Prevent Disease and Add Years to Your Life" (Pola Makan Flexitarian: Cara Makan yang Kebanyakan Vegetarian untuk Menurunkan Berat Badan, Menjadi Lebih Sehat, Mencegah Penyakit, dan Memperpanjang Usia).
Pada intinya, seperti tersirat dari namanya, asupan makan kita harus sebanyak mungkin bersumber dari tumbuhan (seperti asupan vegetarian), tetapi kita bisa lebih fleksibel karena tidak perlu menghilangkan sumber makanan hewani 100%. Itu sebabnya pengikut pola makan ini juga disebut semi-vegetarian.
Dalam jurnal yang sudah ditinjau dan dirilis salah satunya di laman Healthline, ahli gizi Lizzie Streit menuliskan bahwa asupan flexitarian yang paling utama adalah “buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan dan biji-bijian; fokus pada protein dari tumbuhan daripada hewan; sesekali memasukkan daging dan produk hewani; makanan yang alami dan tidak banyak diproses/diolah; serta membatasi tambahan gula non-alami.”
Blatner merekomendasikan rejimen sadar-kalori 3-4-5: Pilihan sarapan sekitar 300 kalori (misalnya, jus atau smoothie buah), makan siang 400 dan makan malam 500.
Makanan ringan (buah-buahan, kismis, kurma, atau kacang-kacangan) masing-masing sekitar 150 kalori dikonsumsi dua kali dalam sehari. Total asupan harian ini mencapai 1.500 kalori.
Bergantung pada tingkat aktivitas Anda, jenis kelamin, tinggi dan berat badan, Anda dapat mengubah rencana makan Anda untuk memungkinkan jumlah kalori yang agak lebih besar atau lebih sedikit.
Jalani diet flexitarian ini dengan hati yang riang dan niat hidup sehat, agar terasa lebih ringan, dan rasakan manfaatnya pada tubuh Anda. ***(Sumber: USNews, Healthline; Foto: Shayda Torabi/Unsplash)
Comments ( 0 )