Kenali Kemampuanmu Sebelum Menerima Tanggungjawab (Issengi Alemu 2-Kenali Dirimu)

Kenali Kemampuanmu Sebelum Menerima Tanggungjawab (Issengi Alemu 2-Kenali Dirimu)
Kenali Kemampuanmu Sebelum Menerima Tanggungjawab (Issengi Alemu 2-Kenali Dirimu)

Oleh : Hasyim Arsal Alhabsi, Direktur Dehills Institute

 

Tahun 1996 saya bekerja di Sahid Raya Makassar dengan jabatan Entertainment Manager. Hampir seluruh acara yang mempergunakan fasilitas hotel kala itu berada di bawah tanggungjawab saya. Tak terkecuali atas sebuah acara peresmian kantor cabang utama sebuah bank swasta nasional yang berbentuk "Gala Dinner", yang selain sebagai penanggungjawab saya pun didaulat sebagai Penuntun Acara (Master of Ceremony). 

Alhamdulillah, acara itu berlangsung sukses dan memuaskan, utamanya bagi pemilik Bank yang ikut hadir di malam itu. Setelah selesai acara, saya diundang ke meja pemilik bank tersebut. Saya mendapatkan ucapan terima kasih dan pernyataan "sangat puas" dari mereka yang duduk di meja itu, setidaknya ada 7 orang. Salah satu yang paling senior, mungkin pemimpin di antara para pemilik tersebut meminta saya kalau bisa besok mendatangi kepala cabang mereka yang berkantor tidak jauh dari hotel Sahid Raya.

Besoknya, saya menjumpai kepala cabang bank tersebut. Beliau tidak berkata banyak, hanya menyerahkan sebuah amplop tebal. Dan memohon saya untuk menerima tawaran mereka, minimal lihat-lihat dulu. 

Di mobil saya membuka amplop tersebut isinya: uang yang jumlahnya sangat besar bagi saya, 7 kali dari gaji saya sebulan, tiket "Business Class" destinasi Makassar Surabaya pergipulang dengan tanggal yang telah ditentukan.

Saya mohon izin kepada pimpinan saya, dan tentu kepada orang tua saya.

Di Surabaya saya disambut dan diantar mempergunakan mobil mewah ke sebuah hotel bintang lima, salah satu yang terbaik di Surabaya yang ternyata milik dari pengusaha yang juga pemilik Bank tersebut. Semua pelayanan istimewa dan luar biasa adalah segala yang perdana dalam hidup saya. 

Di pagi, keesokan harinya, saya dibawa ke sebuah hotel lain yang berjarak kira-kira dua jam perjalanan. Sebuah hotel resort yang sangat mewah yang berada di lokasi raksasa menyatu dengan lapangan golf yang kala itu terbesar di Jawa Timur.

Lagi-lagi saya disambut bagaikan pemilik oleh General Manager beserta staffnya dan diantar langsung melihat fasilitas yang tersedia dan yang ditawarkan bagi tamu. Pokoknya dahsyat. Hampir tak terbayangkan bagi saya kala itu, ada hotel sedemikian paripurna. Padahal saya bekerja di hotel berbintang 4 yang juga tergolong mewah dan megah.

Setelah tinggal 2 hari di sana bak raja. Saya kemudian diantar balik berjumpa dengan pemilik yang mengundang saya. Tidak banyak yang kami bicarakan. Ia menyerahkan kepada saya sebuah amplop coklat. Katanya tidak perlu dibaca sekarang atau buru-buru memutuskan. Tapi ia berharap mendengar berita baik dari saya.

Berbunga dan bangga rasa hati saya. Saya merasa senang dan gembira. Saya membuka amplop tersebut di pesawat. Isinya kontrak kerja dengan jabatan sebagai Assisten to General Manager--jabatan nomor dua tertinggi di dunia perhotelan--dengan tawaran gaji 25 kali dari gaji saya saat itu!!!

Tiba di Makassar saya langsung ke rumah dan menyerahkan surat kontrak itu ke Aba, Arsal Alhabsi. Beliau membacanya, sambil tersenyum.

Ia memeluk saya. 

"Nak, selamat! Kini kau tahu bahwa ada potensi dalam dirimu. Tapi, untuk pengalaman yang kau miliki dan sebuah kerja yang tidak luar biasa, kau mendapatkan perhargaan yang sangat besar, ini menyisakan bom waktu, Nak. Sebuah tugas besar harus dibarengi dengan kemampuan yang sepadan. Bila tidak, bukan mengangkat, tapi malah akan mengubur semua potensi yang kau miliki yang justru mungkin jauuuh lebih besar peluangnya mewujud pada saatnya."

"Jadilah rakyat yang baik sebelum menjadi pemerintah. Jadilah anak buah yang baik sebelum menjadi bapak buah yang baik. Issengi alemu, Nak. Kenali dirimu!"*****