JF3 Fashion Festival 2025: APPMI Tampilkan Koleksi Simfoni Budaya dan Alam dalam Balutan Busana Kontemporer

JF3 Fashion Festival 2025:  APPMI Tampilkan Koleksi Simfoni Budaya dan Alam dalam Balutan Busana Kontemporer

KHAYAE, Yuni Pohan, dan Haze Be Wear Persembahkan Koleksi Penuh Filosofi dan Estetika pada Pembukaan Runway APPMI di Gafoy La Piazza.

KABARINDO, JAKARTA — Suasana megah memayungi Fashion Tent Gafoy La Piazza Summarecon Mall Kelapa Gading, Jumat (25/7/2025), saat Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) membuka panggung JF3 Fashion Festival 2025.

Tiga desainer tanah air—KHAYAE, Yuni Pohan, dan Harry Hasibuan melalui label Haze Be Wear—menjadi sorotan dalam pertunjukan perdana yang menyatukan akar budaya, alam tropis, dan pesona feminin dalam narasi busana yang memikat.

Koleksi KHAYAE

 

KHAYAE: Menggugah Simbiosis Manusia, Alam, dan Budaya

Label KHAYAE membuka peragaan dengan tema Tropical Sanctuary, sebuah koleksi yang menjelajahi keterhubungan antara manusia, budaya, dan lingkungan melalui interpretasi artistik terhadap hutan hujan tropis. Filosofi yang dibawa KHAYAE bukan sekadar tentang tampilan luar, tetapi menyelami esensi "fashion with soul".

Koleksi KHAYAE

Dengan palet warna seperti mocha muse, hitam-putih, tanah liat, hingga hijau lumut, koleksi ini merepresentasikan habitat tropis sebagai ruang spiritual dan budaya. Siluet longgar menyerupai batang pohon dan akar menjuntai berpadu dengan material seperti tenun bulu, linen, dan paper silk, menjadikan setiap potong busana sebagai perwujudan naratif ekologis. Teknik sulam timbul menghadirkan detail akar, lumut, dan dedaunan, sementara aksen emas matte memberi sentuhan magis yang mengikat seluruh koleksi dalam harmoni alam.

KHAYAE tak sekadar menampilkan busana, melainkan menciptakan pengalaman visual dan emosional yang mengajak audiens merenungi kembali hubungan manusia dengan bumi tempat ia berpijak.

Yuni Pohan

Yuni Pohan: Wastra Batak dalam Semangat Markobas

Beranjak dari filosofi tropikal, giliran desainer Yuni Pohan mempersembahkan 20 koleksi bertema Markobas, istilah dalam budaya Batak yang berarti bersiap-siap. Sebuah tema yang sangat relevan untuk mengangkat semangat, kesiapan, dan kepercayaan diri perempuan modern dengan akar budaya yang kuat.

Dalam koleksi ini, Yuni mengeksplorasi wastra Batak seperti tumtuman, sibolangan, dan marigin, dikemas dalam potongan busana chic nan edgy. Dua spektrum warna—nude dan navy—menghadirkan kontras harmonis yang menyeimbangkan unsur tradisional dan gaya urban kontemporer.

Koleksi Yuni Pohan

Sentuhan handmade seperti aplikasi bunga, tusuk jelujur, dan feston menjadi penanda dedikasi tinggi terhadap craftsmanship. Ulos Batak yang dipadukan dengan beludru, linen, tafeta, organza, dan sifon, mempertegas karakter koleksi yang versatile, mampu menyesuaikan diri untuk acara kasual maupun pesta elegan.

Koleksi Harry Hasibuan

Haze Be Wear: Romansa Feminin dalam “Falling for the Bloom”

Runway ditutup dengan manis oleh koleksi “Falling for the Bloom” dari label Haze Be Wear milik desainer Harry Hasibuan. Koleksi ini merupakan ode untuk keindahan bunga yang bermekaran—metafora yang lembut namun kuat untuk merayakan perempuan dan keanggunan alaminya.

Dengan dominasi potongan loose dan siluet mengalir, koleksi ini menghadirkan busana yang elegan sekaligus nyaman dikenakan untuk berbagai kesempatan. Dress, setelan blouse & rok, hingga kombinasi blouse & celana dirancang inklusif untuk segala usia, tanpa kehilangan sisi modis.

Harry Hasibuan

Material pilihan seperti lace, tulle, organza, dan beludru berbaur dengan kain songket serta tenun tradisional, menciptakan tekstur kaya yang memanjakan mata. Warna-warna cerah seperti oranye, kuning, pink, hijau, dan nude memberikan nuansa segar yang menghidupkan runway—sekaligus mencerminkan semangat dan vitalitas musim semi dalam balutan busana.

 

JF3: Lebih dari Sekadar Runway, Sebuah Perayaan Identitas

Gelaran JF3 Fashion Festival 2025 sekali lagi menunjukkan perannya bukan sekadar sebagai panggung mode tahunan, melainkan sebagai selebrasi gaya, budaya, dan identitas. APPMI sebagai inisiator menghadirkan keberagaman narasi fashion Indonesia dalam satu panggung yang kuat secara visual dan emosional.

KHAYAE dengan spiritualitas tropisnya, Yuni Pohan dengan pesona wastra Batak modern, serta Haze Be Wear yang memadukan feminitas dan tradisi, membuktikan bahwa fashion Indonesia terus tumbuh sebagai industri yang mengakar dan mendunia.

Melalui tema dan estetika yang berbeda, ketiga desainer ini membuktikan bahwa busana bukan sekadar pakaian, melainkan bahasa yang menyampaikan nilai, rasa, dan identitas. JF3 Fashion Festival 2025 baru saja dimulai, dan panggung ini menjanjikan lebih banyak kejutan mode yang menggugah rasa dan imajinasi.