Harga Kedelai Naik, Tempe Tahu Diprediksi Ikut Terpengaruh
KABARINDO, JAKARTA - Kedelai merupakan bahan baku utama untuk memproduksi dua makanan favorit masyarakat Indonesia, yakni tempe dan tahu. Melonjaknya harga kedelai internasional secara langsung juga akan menyebabkan kenaikan harga tempe dan tahu.
Direktur Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, Oke Nurwan, memprediksi kenaikan harga tempe dan tahu akan terjadi pada bulan depan. Namun, stok kedelai pun juga masih bergantung pada impor.
“Kondisi kedelai di dunia saat ini terjadi gangguan suplai,” ungkap Oki dikutip dari Antara, Sabtu (12/2/2022).
“Kalau saya melihat di Brazil terjadi penurunan produksi kedelai, di mana awalnya diprediksi mampu memproduksi 140 juta ton pada Januari, menurun menjadi 125 juta ton. Penurunan produksi ini berdampak pada kenaikan harga kedelai dunia,” kata Oke lagi.
Menurut Oke, sebab lain naiknya harga kedelai juga disebabkan oleh inflasi di Amerika Serikat yang mencapai tujuh persen.
Tak hanya itu saja, penurunan tenaga kerja, kenaikan biaya sewa lahan, dan cuca yang tidak pasti di negara produsen kedelai juga menjadi kendala utama bagi petani kedelai di Amerika Serikat untuk menaikkan harga.
“Dari data Chicago Board of Trade (CBOT), harga kedelai pada minggu pertama Februari 2022 mencapai 15,77 dollar AS per bushel atau angkanya sekitar Rp11.240 per kilogram (jg) ditingkat importir dalam negeri,” kata Oke.
Harga kedelai diperkirakan akan terus mengalami kenaikan hingga bulan Mei 2022 mencapai 15,79 dollar AS per bushel. Pada Juli 2022 diprediksi akan mengalami penurunan ke angka 15,47 dollar AS per bushel di tingkat importir.
Oke mengatakan bahwa kenaikan harga kedelai dunia ini lah yang akan menyebabkan kenaikan harga kedelai di tingkat perajin tahu dan tempe di dalam negeri.
“Dan hal ini akan mempengaruhi ujungnya adalah harga produk turunan dari kedelai, yang utama disini adalah harga tempe dan tahu,” ujar Oke.
Berdasarkan data Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo), saat ini harga kedelai ada di angka Rp10.800-Rp11.000 per kg. untuk stok kedelai di importir saat ini sekitar 140.000 ton pada Februari dan akan masuk lagi sebanyak 160.000 ton. Sehingga, dirasa pasokan kedelai akan cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri hingga dua bulan ke depan.
Oke juga menegaskan jika pemerintah tetap akan menjaga ketersediaan kedelai meskipun harganya sedang tinggi.
“Karena kami paham kedelai ini menjadi salah satu barang pokok yang menjadi kebutuhan utama masyarakat Indonesia dikaitkan dengan kebiasaan masyarakat Indonesia yang mengonsumsi tahu dan tempe,” kata Oke.
Kebutuhan kedelai Indonesia selama ini 80 persennya masih dipasok oleh luar negeri atau impor. Hal ini dikarenakan produksi kedelai di dalam negeri masih belum bisa mencukup permintaan yang ada.
Sebagai perkiraan awal, Oke mengatakan harga tempe akan berkisar antara Rp10.300-Rp10.600 per kg. Sedangkan, untuk tahu sebesar Rp52.450-Rp53.700 per papan atau Rp650-Rp700 per potongnya.
polemik Kedelai
masalah kedelai sebenarnya bukanlah hal baru. Diberitakan Harian Kompas, 3 Februari 2014, ekdelai impor juga sempat menjadi masalah di Tanah Air karena harga dari importir yang melambung tinggi.
Saat itu, poerajin kedelai pun juga sempat melakukan aksi mogok produksi. Mereka menuntut pemerintah untuk segera menyelesaikan tingginya harga kedelai impor asal AS. Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia pun menyebutkan jika melonjaknya harga kedelai ini karena permainan kartel.
Aip Syaifudin mengatakan kedelai yang dibelia dalah kedelai dengan kualitas pertama dengan sampai Gudang kedelai Bulog Rp8.200 per kg.
“Kami jual kepada para perajin tempe per kilogram Rp8.300,” ucap Aip.
Menurutnya, sebelumnya perajin tempe membeli kedelai impor kualitas kedua dengan harga yang lebih tinggi dari importir nasioanl.
“Kalau dengan ekdelai impor kualitas dua para perajin hanya bisa menghasilkan tempe 1,5 potong per kilogram kedelai, maka dengan kedelai impor kualitas pertama bisa dihasilkan 1,7 potong tempe per kilogram kedelai,” ungkapnya.
Sumber: Kompas.com
Foto: (Harviyan Perdana Putra/Antarafoto)
Comments ( 0 )