Sistem dan Cara Seleksi Pemain Abroad Coach Nova Cs Tuai Sorotan, Dimana Peran Simon Tahamata?

Sistem dan Cara Seleksi Pemain Abroad Coach  Nova Cs Tuai Sorotan, Dimana Peran Simon Tahamata?

KABARINDO, JAKARTA - Persiapan Tim Nasional U-17 Indonesia menjelang Piala Dunia U-17 2025 di Qatar tengah menjadi sorotan publik. Bukan hanya soal teknis di lapangan, melainkan juga polemik seputar perekrutan pemain diaspora yang dinilai tidak sesuai prosedur dan berpotensi menghambat perkembangan talenta lokal.

Berdasarkan informasi yang diterima redaksi, sejumlah pemain diaspora yang dipanggil untuk mengikuti pemusatan latihan (TC) di Bali disebut tidak dalam kondisi ideal, bahkan ada yang kualitasnya tidak menonjol dibandingkan pemain lokal.

Salah satu contoh paling mencolok adalah pemanggilan seorang pemain abroad yang saat itu sedang berlibur. Bahkan, pemain tersebut diketahui lahir pada tahun 2010 — usia yang belum seharusnya tampil di ajang Piala Dunia U-17 tahun ini.

Sementara itu, seleksi kali ini memang juga bertujuan menjaring skuad awal untuk kualifikasi Piala Asia U-17 tahun depan. Namun, banyak pihak menilai cara rekrutmen yang tidak melalui proses scouting resmi bisa merusak proses pembentukan tim yang ideal dan adil.

“Kalau perekrutan pemain diaspora dilakukan seperti ini, bagaimana dengan proses scouting dan analisis yang semestinya dijalankan oleh tim pemandu bakat? Apa peran Head of Scouting, Simon, jika keputusan justru datang dari agen-agen yang ingin mengambil keuntungan?” ujar salah satu sumber yang mengetahui proses seleksi ini.

Ia menambahkan, "Slot naturalisasi tidak boleh diisi secara sembarangan. Pemain yang datang dari luar negeri seharusnya melewati penilaian teknis dan mental secara menyeluruh, bukan hanya karena mereka bermukim di luar negeri.”

Talenta Lokal Terpinggirkan

Pelatih kepala Nova Arianto telah memanggil 34 pemain untuk mengikuti TC di Bali sejak 7 Juli hingga 10 Agustus 2025. Daftar ini merupakan kombinasi pemain yang tampil di ajang Piala Asia U-17 dan Piala AFF U-16, serta sembilan pemain diaspora yang mayoritas belum pernah memperkuat timnas dalam turnamen resmi.

Nama-nama seperti Feike Muller (Willem II Tilburg), Lionel De Troy (Palermo), dan Nicholas (Rosenborg BK) menjadi perhatian, bersama enam pemain lain dari klub-klub luar negeri seperti Sydney FC, SC Telstar, dan FC Emmen.

Namun, muncul pertanyaan besar dari kalangan pemerhati sepak bola nasional: apakah mereka benar-benar lebih unggul dari pemain lokal?

Eks Timnas Angkat Suara

Mantan pemain timnas, Gunawan Dwi Cahyo, menyayangkan proses pemanggilan pemain diaspora yang melibatkan agen, bukan melalui jalur resmi scouting federasi.

“PSSI seharusnya mengandalkan kompetisi dalam negeri untuk mencari pemain berkualitas. Kenyataannya, pemain muda diaspora tidak terlalu istimewa dibandingkan anak-anak kita sendiri. Agen hanya ingin keuntungan, bukan prestasi,” tegas Gunawan.

Ia menambahkan, “Saya tidak menolak kehadiran pemain diaspora di level usia muda, tapi ke depan federasi harus lebih serius membangun kompetisi. Jangan terus-menerus memakai cara instan.”

Senada dengan Gunawan, legenda Persija dan mantan bek timnas, Ismed Sofyan, juga mengkritik penggunaan pemain naturalisasi di kelompok umur.

“Level permainan mereka tidak jauh beda dengan pemain lokal. Kita punya banyak talenta, hanya saja mereka belum terjamah scouting. Kompetisi EPA, Piala Suratin, dan Diklat Ragunan itu sumber yang besar,” ujar Ismed.

Baginya, peta kekuatan di level U-17 masih relatif seimbang secara global. "Untuk usia muda, kekuatan tim tidak terlalu timpang. Kita masih bisa bersaing, asalkan proses seleksi dilakukan dengan benar dan adil,” tambahnya.

Evaluasi dan Harapan ke Depan

Polemik ini menjadi peringatan keras bagi PSSI dan tim pelatih. Seleksi untuk ajang sebesar Piala Dunia seharusnya menjadi panggung bagi pemain terbaik, bukan hasil dari relasi agen atau keputusan instan. Terlebih, beberapa pemain inti dari skuad sebelumnya sedang mengalami cedera dan proses regenerasi harus berjalan sehat.

Masyarakat berharap bahwa Garuda Asia, yang sudah lolos ke Piala Dunia U-17 dan tergabung dalam grup berat bersama Brasil dan Honduras, bisa tampil maksimal dengan skuad yang memang layak secara kualitas—baik diaspora maupun lokal.