Simak Fitur GoGreener Carbon Offset, Layanan Baru di Aplikasi Gojek
JAKARTA, Kabarindo.com : Setelah sukses dengan peluncuran GoGreener Carbon Offset yang diikuti dengan penanaman 1.500 pohon mangrove (bakau) di Jakarta, Demak dan Bontang pada Desember 2020, Gojek hari ini mengumumkan pengembangan terkini pada fitur serap jejak karbon tersebut.
Pengembangan fitur yang dilakukan untuk semakin memudahkan pelanggan dalam menciptakan dampak positif bagi lingkungan tersebut meliputi Penambahan empat jenis jejak karbon untuk diserap, Penambahan wilayah penanaman, dan Penegasan komitmen Gojek untuk menggandakan jumlah pohon.
Pengembangan fitur ini melengkapi layanan yang telah ada sebelumnya, yaitu; (1) kalkulator karbon ilmiah yang merujuk pada Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) dan rekomendasi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, (2) konversi hasil perhitungan jejak karbon ke jumlah pohon yang dibutuhkan, hingga (3) monitoring dashboard untuk melihat status kesehatan pohon, yang dapat diakses kapanpun dan dimanapun.
Tanah Sullivan, Group Head of Sustainability Gojek, mengatakan bahwa pengembangan fitur ini tidak lepas dari tingginya antusiasme para pelanggan terhadap fitur GoGreener Carbon Offset di aplikasi Gojek. Hal ini dibuktikan dengan tercapainya target penanaman pohon dalam kurang dari tiga bulan sejak diluncurkan, bahkan target pohon untuk wilayah DKI Jakarta telah tercapai hanya dalam satu bulan.
“Selanjutnya, kami menambahkan pilihan jejak karbon lainnya seperti jejak karbon dari penggunaan televisi, AC, kulkas dan laptop, seiring dengan kondisi pandemi COVID-19 di mana kebiasaan bekerja dan belajar dari rumah lebih relevan,” paparnya.
Tanah pun kembali mempertegas pentingnya transparansi dalam fitur GoGreener Carbon Offset melalui monitoring dashboard,
“Kami percaya bahwa untuk membangun perilaku baru atau mengadopsi gaya hidup baru, perlu diciptakan sebuah proses yang transparan dan mudah dipahami. Seluruh tahapan GoGreener Carbon Offset, dari perhitungan jejak karbon di awal, konversinya ke satuan pohon yang perlu ditanam, sampai di mana serta kapan pohon akan ditanam, sangat transparan. Transparansi juga menjadi prinsip kami dalam melengkapi fitur ini dengan monitoring dashboard yang menyajikan data pertumbuhan pohon, seperti diameter dan tinggi batang, sampai foto pohon untuk melihat warna dan tingkat kesehatan daun,” tandasnya lagi.
Selain itu, para pelanggan juga dapat dengan mudah dan nyaman menggunakan fitur GoGreener Carbon Offset karena seluruh proses dari menghitung jejak karbon, memilih lokasi penanaman, hingga melakukan pembayaran dengan GoPay dapat dilakukan melalui aplikasi Gojek, tanpa harus berpindah-pindah platform.
Fitur GoGreener Carbon Offset ini turut didukung oleh Dr Beria Leimona, peneliti senior dari The World Agroforestry Center (ICRAF). Ia mengatakan, GoGreener Carbon Offset adalah bukti bahwa bila dijalankan dengan baik, sains yang diakselerasi dengan teknologi menjadi lebih kuat dalam mendorong perubahan.
Fitur ini memiliki elemen produk lingkungan yang lengkap: penghitungan berbasis sains yang mengacu pada IPCC dan rekomendasi KLHK, komunikasi sains yang mudah dipahami, dan transparansi penuh - yang merupakan kunci untuk menarik adaptor baru.
Bain & Company dalam laporannya yang bertajuk Southeast Asia’s Green Economy Potential pada Desember 2020 memperkirakan bahwa emisi karbon dioksida (CO2) di Asia Tenggara akan meningkat hingga 60% pada tahun 2040. Padahal, peningkatan kadar CO2 dapat mempengaruhi peningkatan suhu bumi yang berdampak pada pemanasan global dan perubahan iklim.
Menanggapi hal tersebut, Founder dan CEO Jejak.in, Arfan Arlanda menyampaikan, kesamaan misi yang kuat dengan Gojek dalam menjaga keberlangsungan lingkungan hidup merupakan salah satu alasan keberlanjutan kolaborasinya.
“Dalam berinovasi, baik Gojek maupun Jejak.in juga mengutamakan pengembangan teknologi berbasis data dan sains. Contohnya, pemilihan penambahan wilayah penanaman pohon adalah karena di Semarang, terdapat tingkat abrasi yang tinggi yang dapat mengancam keberlangsungan hidup nelayan pesisir Tambakrejo. Sementara, Lokasi Rehabilitasi Mangrove Desa Wonorejo di Surabaya juga merupakan lokasi yang dikelola oleh Dinas Kehutanan Jawa Timur, di mana penanaman pohon bakau ini bertujuan untuk mengembangkan habitat kepiting bakau (Scylla serrata), yang merupakan sumber penghidupan masyarakat sekitar,” terang Arfan.
Seluruh hasil inisiatif penyerapan jejak karbon dari pelanggan GoGreener Carbon Offset juga telah didaftarkan ke Sistem Registri Nasional (SRN) yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sebagai kontribusi dari masyarakat Indonesia untuk membantu pencapaian target penurunan emisi 29% pada 2030.
Comments ( 0 )