Permintaan dari Segmen Korporasi Dorong Pertumbuhan Kredit pada Triwulan II/2024

Permintaan dari Segmen Korporasi Dorong Pertumbuhan Kredit pada Triwulan II/2024

Permintaan dari Segmen Korporasi Dorong Pertumbuhan Kredit pada Triwulan II/2024

Surabaya, Kabarindo- Ekonomi domestik tetap kuat yang tercermin pada indikator perbankan di triwulan II-2024 sebagaimana terlihat pada pertumbuhan kredit (bank umum) yang cukup baik yaitu sebesar 12,36% (yoy), meningkat dari periode yang sama tahun sebelumnya (7,76 % yoy).

Pertumbuhan kredit tersebut dipengaruhi oleh permintaan dari segmen korporasi yang baik sejalan dengan penjualan yang baik dan kemampuan bayar yang kuat. DPK juga masih tumbuh yaitu sebesar 8,45% (yoy), meningkat dari tahun sebelumnya (5,79% yoy), sehingga menjadi salah satu faktor pendorong terjaganya likuiditas perbankan.

Dalam situasi demikian, kondisi likuditas bank umum terpantau masih cukup memadai sebagaimana tecermin dari rasio AL/NCD dan AL/DPK masing-masing sebesar 112,33 % dan 25,37 %, jauh di atas threshold masing-masing 50% dan 10%.

Data tersebut disampaikan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Laporan Surveillance Perbankan Indonesia (LSPI) Triwulan II-2024, yang memuat overview dan analisis kondisi perekonomian global dan domestik serta kaitannya dengan perkembangan kinerja, penyaluran kredit dan/atau pembiayaan, serta profil risiko yang dihadapi oleh perbankan.

Laporan ini juga mencakup kebijakan perbankan yang diterbitkan oleh OJK pada periode laporan, perkembangan kelembagaan perbankan, serta koordinasi antar lembaga terkait perbankan. Selain itu, terdapat pembahasan khusus dengan topik “Interkoneksi Kebijakan Moneter The Fed dengan Stabilitas Makroekonomi dan Kondisi Perbankan Indonesia”.

Plt. Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan dan Komunikasi OJK, M. Ismail Riyadi, mengatakan secara umum, pertumbuhan konsumsi domestik melambat yang ditengarai merupakan implikasi dari berakhirnya efek stimulus dari periode Pemilu dan Ramadhan serta diikuti oleh kondisi pasar tenaga kerja yang belum pulih sepenuhnya.

Tingkat permodalan juga cukup solid dengan CAR sebesar 26,09% meskipun menurun dari tahun sebelumnya didorong oleh pertumbuhan ATMR yang tumbuh 9,91% (yoy), sejalan dengan pertumbuhan kredit, dan melampaui pertumbuhan modal. Risiko kredit juga terpantau membaik dengan rasio NPL gross yang meningkat menjadi sebesar 2,26% dan NPL net sedikit meningkat menjadi 0,78%.

Sejalan dengan kinerja bank umum, kinerja BPR dan BPRS cukup baik, kendati pertumbuhan kredit/pembiayaan serta DPK relatif melambat dibandingkan tahun sebelumnya. Rasio permodalan juga masih cukup solid dengan CAR BPR dan BPRS masing-masing sebesar 31,75% dan 23,09%.

Ke depan, tetap perlu diperhatikan risiko perbankan utamanya risiko pasar dan risiko likuiditas di tengah masih tingginya ketidakpastian global seperti risiko ketidakpastian suku bunga, perkembangan ekonomi Tiongkok, serta kenaikan tensi geopolitik yang dapat berpotensi meningkatkan tekanan ekonomi domestik. Adapun terkait kredit yang direstrukturisasi juga mengalami penurunan dengan jumlah yang relatif kecil yang berubah menjadi NPL.

Hal ini sejalan dengan OJK yang senantiasa mengimbau perbankan untuk memperhatikan kualitas pelaksanaan restrukturisasi sekaligus terus mengkaji prospek pemulihan debitur. Namun demikian, bank diminta untuk tetap melakukan pengawasan dan monitoring yang ketat untuk mencegah timbulnya pemburukan kredit di masa depan.

Perbankan juga didorong untuk meningkatkan daya tahannya melalui penguatan permodalan dan menjaga coverage CKPN secara memadai. Dalam rangka mengukur ketahanan bank, OJK meminta agar bank secara rutin melakukan stress test dan asesmen terhadap kekuatan permodalannya untuk mengukur kemampuannya dalam menyerap potensi penurunan kualitas kredit restrukturisasi.

Dalam hal penguatan regulasi, pada periode laporan OJK telah menerbitkan ketentuan perbankan terkait Bank Perekonomian Rakyat dan Bank Perekonomian Rakyat Syariah, yang merupakan gabungan penyempurnaan dari 3 POJK sebelumnya.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan, Dian Ediana Rae, mengatakan OJK terus mencermati perkembangan volatilitas ekonomi global dan dampaknya terhadap ekonomi domestik serta perbankan Indonesia. Hal tersebut dilakukan seiring dengan pengawasan perbankan secara individual yang intensif dan berkelanjutan yang diharapkan mampu menjaga stabilitas sistem keuangan dan perbankan Indonesia pada tahun ini dan tahun-tahun mendatang.

Selanjutnya, OJK juga meminta bank-bank agar terus memperhatikan aspek kehatihatian (prudential banking), profesionalisme, inovatif dan selalu menjaga integritas untuk bisa mencapai pertumbuhan yang tinggi dan sehat.