Pelari Zohri Mencengangkan Dunia; Publik Tanah Air Beri Apresiasi
Jakarta, Kabarindo- Putra dari LOMBOK bernama Lalu Muhammad Zohri.
Dia adalah atlet asal Dusun Karang Pangsor, Desa Pemenang Barat, Kecamatan. Ia adalah pemenang Asian Junior Athletic yang diselenggarakan di Gifu Jepang belum lama ini.
Johri panggilan akrabnya, sukses meraih medali emas setelah berhasil menaklukkan pelari asal berbagai negara termasuk Amerika Serikat. Meski begitu, kehidupan keluarga Zohri masih memprihatinkan dari berbagai sumber informasi.
Dibutuhkan perhatian pemerintah guna membantu keluarga Zohri.
“Zohri kalau pulang tidur di rumah bedek peninggalan orang tua kami. Kami sudah usulkan bantuan program rumah kumuh dari pemerintah Lombok Utara, namun belum ada kabar sampai saat ini,” kata Ma’rif, kakak Lalu Muhammad Johri kepada wartawan, kemarin.
Johri kelahiran 1 Juli 2000, merupakan anak ketiga dari pasangan Saeriah dan Lalu Ahmad. Kedua orang tuanya sudah meninggal dunia. Semasa hidup, orang tua Johri, Lalu Ahmad bekerja sebagai nelayan dan melakukan pekerjaan sampingan sebagai buruh tani untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Sedangkan ibunda Johri, Saeriah meninggal saat Johri duduk di bangku SD. Ayahnya menyusul menghadap Sang Pencipta hampir setahun lalu. Kala itu Johri sedang di luar daerah melakukan persiapan menghadapi salah satu kejuaraan bergengsi. Namun terpaksa pulang untuk melihat orang tuanya terakhir kali.
“Semasa hidup, orang tua kami sangat mensupport Johri untuk terus mengukir prestasinya. Alhamdulillah amanat itu dijalankan dan sekarang telah mengharumkan nama Indonesia. Kami sangat bersyukur,” ungkapnya.
Ia menceritakan, saat pertama kali ditawari mengikuti kejuaraan, Johri sempat menolak. Beragam alasannya. Salah satunya persoalan biaya yang dikhawatirkan. Namun dengan support orang tua yang mengharapkan Johri tetap ikuti, akhirnya membangun semangatnya menerima tawaran itu.
Lalu Muhammad Johri mengenyam pendidikan SDN 2 Pemenang Barat, dan melanjutkan di SMPN 1 Pemenang. Belum tuntas menjalankan study di SMP itu, Johri mendapat tawaran untuk ikut dalam kejuaraan. Ia dianggap berpotensi dan berhasil hingga beberapa kali menoreh prestasi. “Dulu saat SMP, Johri terbilang siswa yang malas. Beberapa kali dijemput ke rumah untuk bisa sekolah oleh gurunya, dan bahkan pernah tidak naik kelas satu kali,” kata sang kakak.
Dengan prestasi yang ditoreh Johri saat ini, Ma’rif pun berpesan agar tetap mempertahankannya demi mengharumkan nama bangsa Indonesia. Namun Johri juga diingatkan tetap memperhatikan masa depannya. Tidak kalah penting. Ma’rif juga sangat berharap pemerintah memberikan perhatian atas prestasi adiknya. Sebagai kakak, ia berharap Johri tidak menikah dengan waktu yang cepat saat ini. Karena dinilainya perjalanan Johri masih panjang untuk mengharumkan nama Indonesia.
“Saya sering komunikasi dengan Johri, saling menanyakan kabar. Maeskipun dalam keadaan sibuk ia menyempatkan diri untuk menghubungi kelurganya di Lombok Utara.
Redaksi juga mendapati banyaknya tawaran hadiah yang mulai mengalir deras.
Ada dari biro perjalanan haji dan umroh, mau memberikan hadiah umroh. Bupati Lombok Utara berkomitmen untuk membangunkan rumah, dengan meminta Camat Pemenang mencarikan tanah yang memadai. Dirut salah satu BUMN menyampaikan kepada saya, akan memberi *satu kilogram emas* sebagai tabungan.
Ada media penyiaran yang komitmen membantu 300 juta rupiah. Ada komunitas masyarakat yang izin membuat pawai sebagai selebrasi ucapan selamat dan terima kasih.
Belum lagi apresiasi langsung, lewat PASI, lewat keluarga, dan lewat jalur lainnya.
"Terlepas itu semua, saatnya kita berpikir positif, memberi apresiasi atas sebuah prestasi. Sekecil apapun itu. Zohri telah berprestasi besar. Tapi ia memulainya dari yang kecil, dan terus dipupuk. Melalui sekolahnya di SMP di bawah asuhan gurunya, sang perempuan yang penyabar. Lantas masuk PPLP (Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar), institusi milik Kemenpora sebagai kawah candradimuka pemuda pelajar untuk mengasah minat bakatnya, hingga ia masuk pelatnas dan masuk PPON. Terhadap prestasi, kita perlu apresiasi. Dan alhamdulillah, jiwa kebersamaan itu masih hidup subur di tengah masyarakat kita yang guyub dan penuh kekeluargaan. Melampaui kepentingan sektoran dan sekat-sekat primordial. Prestasi menyatukan kita, dari pemuda Indonesia untuk Dunia," papar Asrorun Niam Sholeh sebagai Deputi Pengembangan Pemuda Kemenpora.
Comments ( 0 )