Metamorfosis Indonesia: Skema dan "Total Football" Kluivert

Metamorfosis  Indonesia: Skema dan "Total Football" Kluivert

OLEH: Sabpri Piliang
WARTAWAN SENIOR

  "TOTAL FOOTBALL" ('totalvoetbal'), bukan 'Tiki taka'. Bukan pula 'Catenaccio'. Konsep sepak bola modern ini, terbukti ampuh melahirkan juara dunia. Atau setidaknya, finalis.
    Kedatangan Patrick Kluivert ke (Indonesia), mengingatkan saya pada klub elite Ajax Amsterdam. Betul, Patrick besar di Ajax. Tapi bukan itu! Klub yang didirikan hampir 125 tahun lalu (Maret 1900) inilah, 'pengonsep' sekaligus 'engineering'nya.
    Skema "total football" diciptakan dan dipopulerkan Ajax kurun 1969-1973, kemudian diadopsi oleh pelatih Piala Dunia Belanda 1974 (Rinus Michels). Konsep ini membawa "The Dream Team" ke final "World Cup" 1974, 1978, 2010.
      Hampir semua Tim besar, dan berkelas di-luluhlantakan oleh "total football". Sebut saja juara dunia Brasil, dibekuk trio Johan Neeskens-Johan Cruyff, dan Johny Rep 2-0 (Piala Dunia 1974). Atau Argentina, dihajar 4-0. Filosofi  "total football" tak ada ampun.
      Patrick Kluivert, suka atau tidak. Adalah "kepanjangan tangan" skema ini. Sama seperti Piala Dunia 1974, Johan Cruyff adalah "managing" dan eksekutor pikiran "coach' Rinus Michels. 
    Filosofi "total football" diperankan Cruyff dengan sangat elegan. Cruyff meng-ejawantahkan pikiran Rinus Michels terhadap rekannya di Timnas Belanda: Ruud Krol, Rob Resenbrink, Wim Suurbier, Willy van de Kerkhov dan kembarannya Rene van de Kerkhov, Arie Haan, Wim Jansen dll.
      Banyak kesamaan Johan Cruyff dan Patrick Kluivert. Mereka sama-sama berasal dari pembinaan dini Ajax Amsterdam di usia 10 (Cruyff), dan  Kluivert pada usia 7 tahun. 
     Keduanya juga sama-sama hijrah  ke  Barcelona setelah meninggalkan Ajax. Bedanya, bila Cruyff hanya lima tahun (1973-1978), Sementara Kluivert selama enam musim berada di Barcelona (1998-2004).
     Sehingga keduanya faham betul dengan skema "total football" alias 'khatam'.  Skema ini, sangat eksplosif, di mana 11 pemain yang ditampilkan, tidak menetap di satu posisi. Sangat dinamis!
     Saya jadi teringat dengan pemain belakang Indonesia saat mengalahkan Arab Saudi 2-0 di "matchday" ke 6 pra-Piala Dunia. Betapa Calvin Verdonk bergerak dinamis dari bawah hingga ke atas. Bahkan satu 'assist'nya kepada Marselino Ferdinan berbuah gol. Itulah 'total football'.
     "Total football adalah, sebuah filosofi revolusioner dalam permainan sepak bola. Di mana, tidak ada pemain yang "positioning"nya menetap dalam satu skema statis alias 'mobile'. 
     Konsepnya paradoks dengan 'tiki taka' (juara dunia 2010/Spanyol). Di mana, sang pemain harus sudah tahu area yang mesti dikuasainya. Umpannya, pun pendek-pendek dari kaki ke kaki, untuk mencipta ruang. 
      Berbeda lagi dengan "catenaccio". Konsep ini diperkenalkan dan sukses dijalankan pelatih Italia  Enzo Bearzot. Catenaccio adalah, satu skema permainan sepak bola  yang menitikberatkan pada pertahanan total (grendel). 
      Catenaccio merupakan kebalikan dari "Total Football". Strategi catenaccio sangat efektif dalam bertahan. Garis ganda pertahanan, akan mencegah lawan masuk ke area penalti. Jika garis pertahanan bisa ditembus musuh, masih ada libero dan penjaga gawang.
    Lawan akan dibuat frustrasi, dan cenderung memancing semua pemain musuh mendekati area "catenaccio". Lantas, cuma bertahan? Tidak! Pada saat yang tepat, umpan lambung jauh ke depan, akan berbuah gol. 
    Italia juara Piala Dunia 1982 di Spanyol, berdasarkan skema ini. Paolo Rossi (bintang Italia) adalah pengejawantah Enzo Bearzot. Bisa disebut menjadi 'think  tank'nya. Sama seperti Johan Cruyff-nya Rinus Michels (1974)
     Skema "total football". Membutuhkan fisik dan nafas yang kuat. Semua pemain bebas bergerak di posisi manapun. Sebutan posisi 'eleven', hanya sekadar simbolis. 
    Coba lihat gerakan Ragnar Oratmangoen saat gol pertama Indonesia versus Arab Saudi! "Target Man" Marselino Ferdinan, begitu sigap menyambut terobosan Orat mangoen.
    Karenanya, setelah permainan dimulai, semua pemain akan bergerak ke segala arah. Tak ada pemain yang menetap di lini depan. Tak ada pemain "fixed" di lini belakang, maupun tengah. 
     Semua pemain adalah penyerang. Semua pemain adalah "playmaker", dan semua pemain adalah "palang pintu. Menyerang bersama, lalu mundur bersama. Itulah "total football".
     Patrick Kluivert yang digodok dari klub pencipta "total football". Berasal dari negara yang melahirkan total football, tentu memiliki "chemistry" dengan pemain naturalisasi yang lahir dan dibesarkan di Belanda.
      Materi dan 'habit' Jay Idzes dkk, memadai untuk 'total football'. Di tangan Patrick Kluivert,  skema sepak bola Indonesia akan ber-metamorfosis  menjadi 'total football'.
      Tontonan menarik.