Konflik Ukraina-Rusia: Antara Trump-Zelensky & Nixon-Meir
Oleh: Sabpri Piliang
WARTAWAN SENIOR
OLEKSANDR ZELENSKY tidak seperti keluarga Yahudi lain. Dia tidak seberuntung Moshe Mabovitz.
Ayah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky ini, tetap bertahan di Ukraina. Tidak bermigrasi ke Amerika Serikat, atau pulang ke tanah pendudukan (Palestina). Mengikuti arahan Ben Gurion.
Lazimnya, sebelum terbentuknya negara Israel atas mandat Inggris. Semua kaum Yahudi bertahap, dan puncaknya (1948), "membanjiri" tanah Palestina. Nakhba (pengusiran), dan kemerdekaan Israel ter-"declared" secara bersamaan.
Sekalipun sesama "orang Ukraina" PM Israel Golda Meir (putri Moshe Mabovitz). Lebih beruntung dibanding Volodymyr Zelensky.
Zelensky tidak memperoleh "kemanjaan" optimal dari Presiden AS Donald Trump. Selayaknya Yahudi di Israel. Selayaknya Golda Meir oleh Presiden AS Richard Nixon.
Peristiwa ruang Oval Gedung Putih (White House), 28/2. Sangat menyakitkan bagi Zelensky. Dimaki-maki, dituding akan menciptakan Perang Dunia ke-III oleh Donald Trump.
Zelensky diminta Trump berdamai dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Dengan "bargaining position" rendah, Trump memaksa Zelensky untuk menerima konsesi, wilayah Ukraina yang telah direbut Rusia. Tidak dikembalikan. Itulah imbal perdamaian ala Trump.
Trump sungguh memanjakan Rusia. Trump menolak "advanced" perang Ukraina-Rusia. Trump menolak gagasan PM Inggris Keir Starmer dan Uni Eropa untuk menempatkan pasukan penjaga perdamaian yang dipimpin Eropa di Ukraina.
Eropa bereaksi keras atas tudingan Trump kepada Zelensky. Eropa kecewa. Eropa "marah" kepada Trump yang menyebut Zelensky bertanggung jawab atas perang Ukraina-Rusia yang telah berlangsung tiga tahun.
"Anda tidak pernah sendirian. Jadilah kuat! Jadilah pemberani! Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen berbicara langsung kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky (Guardian, 2 Maret 2025).
"Kerusakan" suasana di gedung oval (White House) coba diobati oleh Inggris. Diterima Raja Inggris Pangeran Charles. Zelensky di Downing Street, mendapat jaminan dari sang Perdana Menteri. "Saatnya bersatu untuk Ukraina. Sekaligus mengamankan kolektif kita,".
Zelensky yang "lemah lembut" memohon kepada Trump. Meminta Trump mengupayakan kesepakatan damai dengan Rusia (Vladimir Putin), harus disertai jaminan pengembalian wilayah Ukraina yang telah di-aneksasi Rusia.
Hubungan AS-Eropa berada di titik terendah. Dan, perubahan sikap AS terhadap Ukraina telah mengubah konfigurasi hubungan keduanya.
Eropa menuding narasi Rusia sangat kuat diwakili oleh pernyataan Trump terhadap Zelensky, bahwa tak ada jaminan pengembalian wilayah Ukraina.
Saya teringat dengan pertemuan Presiden AS Richard Nixon dengan PM Israel Golda Meir (juga orang Ukraina). Di depan 'White House', suatu hari di November 1973.
Didampingi Menlu Henry Kissinger, Nixon tersenyum ramah sambil melipat tangan di dada. Di sebelah kanannya, Golda Meir membalas senyuman Nixon dengan ramah pula.
Berbeda dengan Volodymyr Zelensky pergi sendirian keluar gedung putih (White House). Trump mengusir Zelinsky. Penasehat Keamanan Nasional AS, Mike Waltz mengungkap hal itu.
Golda Meir dan Zvonymyr Zelensky sesama Yahudi. Sesama berasal dari Ukraina. Namun, di mata Trump, Zelensky kurang beruntung.
Bagaimana kelanjutan hubungan Eropa-AS setelah insiden Gedung Putih. Masih tanda tanya!***(Sabpri Piliang)..
Comments ( 0 )