EMCL Inisiasi Sekolah Lapangan Pertanian,Dorong Kemandirian Petani Bojonegoro
Bojonegoro - Program Pemberdayaan Masyarakat (PPM) yang dijalankan ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) di wilayah Kecamatan Gayam dan Kalitidu, Bojonegoro, terus menunjukkan dampak positif bagi peningkatan kapasitas dan kemandirian masyarakat. Melalui program Sekolah Lapangan Pertanian (SLP) yang menggencarkan praktik pertanian ekologis ramah lingkungan, ratusan petani kini lebih mandiri, efisien dalam penggunaan biaya produksi, dan memiliki ketahanan ekonomi yang lebih kuat.
Sekolah Lapangan Pertanian (SLP) yang diprakarsai ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), bekerjasama dengan Yayasan Daun Bendera (FIELD Indonesia). Program yang melibatkan lebih dari 600 petani dari delapan desa ini telah menciptakan ekosistem pertanian berkelanjutan yang mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia dan pestisida, sekaligus meningkatkan produktivitas dan kualitas lahan.
Petani juga aktif dalam kelompok-kelompok belajar, membuat pupuk organik secara mandiri, serta menerapkan pengamatan ekosistem untuk pengendalian hama secara alami.
“Sejauh ini saya telah berhemat banyak dari biaya obat hama. Begitu pula dengan pupuk,” ujar Lasmidi, petani asal Dusun Tanggungan, Desa Brabowan, Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro dalam Kunjungan Lapangan Media SKK Migas KKKS ke EMCL, Bojonegoro, Selasa (4/11).
Untuk pemupukan, Lasmidi menggunakan pupuk kompos dan pupuk cair buatannya sendiri. Kata dia, biayanya murah dan bahannya pun mudah didapat di sekitar rumah. Alhasil, total biaya produksi jauh lebih kecil dibanding hasil penjualan cabainya. Keuntungan semakin besar.
Dulu, Lasmidi mengaku sangat tergantung dengan pupuk kimia dan obat-obatan. Setelah mengenal metode pertanian ekologis ramah lingkungan, kini dia bisa mengelola masalah yang sering dialami petani itu. Dia tak khawatir lagi dengan kelangkaan pupuk kimia.
Menurutnya, metode pertanian ramah lingkungan sejatinya sudah dilakukan oleh para leluhurnya. Namun karena masifnya industri pupuk, banyak petani yang terlena, dan akhirnya tergantung pada pupuk serta obat buatan pabrik. “Menerapkan pola pertanian ekologis ramah lingkungan ini jadi semakin mudah saat kami berkelompok. Saling mendukung dan saling bantu satu sama lain,” ucap Lasmidi.
Perwakilan EMCL, Feni Kurnia Indiharti menjelaskan bahwa dukungan terhadap petani didasarkan pada kebutuhan mereka. Sasaran programnya pun meliputi para petani di sekitar wilayah operasi Lapangan Minyak Banyu Urip dan Kedung Keris.
“Kami ikut berperan serta dalam meningkatkan kesejahteraan petani. Perubahan hari ini sudah mengarah ke sana,” ucapnya.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Heru Setyadi, menyampaikan apresiasinya atas kontribusi EMCL bagi masyarakat sekitar wilayah operasi. “Program pemberdayaan masyarakat seperti SLP ini membuktikan bahwa keberadaan industri hulu migas memberikan manfaat langsung bagi masyarakat. Ketika petani semakin mandiri dan sejahtera, ekosistem ekonomi desa menguat. Pada akhirnya, hal ini mendukung tujuan nasional dalam Asta Cita: kemandirian ekonomi rakyat dan ketahanan energi yang berkelanjutan.”
Heru menegaskan bahwa SKK Migas akan terus mendorong KKKS di seluruh Indonesia untuk menjalankan program PPM yang berdampak dan terukur. “Ketahanan energi bertumpu tidak hanya pada keberhasilan produksi migas, tetapi juga pada kekuatan sosial di sekitar wilayah operasi. Kemandirian masyarakat dan keberlanjutan sosial adalah fondasi dari operasi migas yang berkelanjutan,” ungkapnya.
Comments ( 0 )