Batik Badong di Sleman Terus Berkreasi dan Bereksplorasi, Penuhi Keinginan Konsumen

Batik Badong di Sleman Terus Berkreasi dan Bereksplorasi, Penuhi Keinginan Konsumen

Batik Badong di Sleman Terus Berkreasi dan Bereksplorasi, Penuhi Keinginan Konsumen

Fitri Andono ajarkan membatik, coba aplikasikan batik pada kulit

Yogyakarta, Kabarindo- Garis hidup Fitro Andono Warih (28 tahun), pemilik brand Batik Badong, tampaknya memang tak bisa lepas dari batik.

Ia menuturkan, orang tuanya dulu memiliki usaha batik di Ngawi, lalu ia mendapat jodoh warga desa Pentingsari, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Kebetulan Fitri lulusan D3 batik fashion di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Jadi klop ‘bekal’ nya untuk memulai usaha batik pada 2017 dengan brand Batik Badong. Ilmu yang diperolehnya semasa kuliah juga tersalurkan.

Fitri memaparkan, Batik Badong memproduksi kain batik tulis dan cap dari bahan katun yang dibandrol Rp.150 ribu – Rp.900 ribu. Ia menyebutkan, omzet Batik Badong mencapai sekitar Rp.25 juta per bulan.

Selain menjual produk berupa kain batik, Fitri kerap mengisi workshop seperti mengajar anak-anak maupun wisatawan belajar membatik. Batik Badong juga sering menghadirkan produknya jika ada kunjungan atau kegiatan yang dilakukan oleh sekolah, kampus, komunitas, perusahaan atau instansi ke Pentingsari atau ke Omah Lembah Merapi.

“Kalau anak-anak sekolah biasanya yang ikut study tour, field trip atau summer camp. Kebetulan suami saya fasilitator outbound,” tutur Fitri. Maka komplitlah ‘bekal’ pasangan ini membesarkan usaha di Pentingsari.

Fitri menjelaskan, tamu dan pengunjung bisa belajar membatik di sini. Ada paket Rp.45 ribu per orang. Mereka akan mendapatkan materi membatik, kain dan perlengkapannya. Usai sesi belajar, kain hasil membatik boleh dibawa pulang peserta.

Menurut Fitri, kegiatan atau kunjungan ke Pentingsari biasanya ramai pada Oktober hingga Desember, namun sepi saat bulan puasa. Jika kunjungan atau kegiatan yang dilakukan perusahaan dan instansi biasanya pada Juni hingga Agustus. Mereka menginap di homestay-homestay milik warga desa yang mematok tarif rata-rata Rp.150 ribu / malam sudah mencakup 2x makan dan snack.

Ia senang, makin banyak wisatawan yang mengunjungi Pentingsari, apalagi jika ada grup-grup besar. Mereka membeli oleh-oleh yang dijual UMKM-UMKM di Pentingsari, termasuk produk Batik Badong. Hal ini akan menambah pemasukan bagi mereka.

“Mereka bukan hanya membeli produk untuk oleh-oleh, tapi juga ingin merasakan pengalaman yang beda dan menyenangkan. Belajar membatik itu asik lho,” tutur Fitri.

Sayangnya, wisatawan mancanegara masih jarang dan sedikit. Hal ini mendorong Fitri untuk terus mempolerkan Pentingsari melalui Batik Badong.

Ia berkomitmen akan terus menekuni batik dan mengembangkan usaha dengan menambah varian produk. Ia berencana untuk berkreasi membuat card holder dari kulit bermotif batik.

“Saya masih melakukan eksplorasi untuk mengaplikasikan batik pada kulit atau mungkin bahan lain. Juga lihat pasarnya mana, bagaimana,” ujar Fitri.

Menurut Fitri, UMKM harus terus mengembangkan diri mengikuti perkembangan zaman, keinginan dan permintaan konsumen agar survive dan pendapatan meningkat.

“Batik harus bisa merangkul semua kalangan, termasuk anak muda, agar tetap diminati,” ujar ibu satu anak laki-laki usia 4 tahun ini.

Foto: istimewa