Privasi Data, Fokus di Festival Film HAM Jenewa Ke-20
KABARINDO, JENEWA – Film dokumenter Hans Block 'Made to Measure', yang diputar pada hari Sabtu (5/3) di festival film hak asasi manusia Jenewa edisi ke-20, FIFDH, menjadi pusat perhatian banyak kalangan karena tema yang diangkat film itu.
Elemen sentral di film itu adalah 'residu perilaku', yakni jejak data kecil yang kita tinggalkan saat kita menjalani kehidupan sehari-hari.
Film ini menunjukkan kemungkinan merekonstruksi kehidupan seseorang hanya berdasarkan pencarian Google.
Premisnya adalah eksperimen yang menggunakan pembelajaran mesin untuk menganalisis jejak digital seseorang dan kemudian, yang terpenting, untuk membuat profil psikologis dari data tersebut.
Mereka menggunakan seorang sukarelawan wanita sebagai studi kasus dan membuat profilnya selama lima tahun, yang mengarah ke akhir teater di mana kehidupan digitalnya, seolah-olah, dihuni dan ditampilkan kembali kepadanya oleh seorang aktris.
Kita semua menyadari betapa berharganya algoritme bagi ritel online. Tetapi dapatkah profil dari riwayat pencarian kami memberi tahu orang-orang fakta yang lebih dalam tentang diri kita yang sebenarnya? Bisakah itu menjawab pertanyaan seperti: Apa yang saya takutkan? dan Apa yang akan saya perjuangkan?
Pencarian dalam bidang kesehatan, misalnya, dipantau dan hasilnya dikumpulkan untuk kemudian dijual ke perusahaan farmasi dan asuransi oleh pialang data.
Pemetaan kehidupan wanita ini berubah menjadi bagian pembuatan film yang sangat emosional ketika profil pencarian mengungkapkan kegugurannya.
"Begitulah rasanya. Sama sekali tidak dalam konteks ini tapi tetap saja, itu gila," katanya, terkejut melihat bagaimana realitasnya telah disatukan dan diberi kehidupan berdasarkan kumpulan data penelusuran Google-nya.
"Begitulah rasanya," ulangnya kepada aktris di seberangnya. "Kamu benar-benar memerankan momen itu dengan baik," kata sang sukarelawan yang merasa kehidupannya "telah disadap."
Rekapitulasi data itu mencapai semacam dualitas kehidupan saat subjek harus mengingat masa lalunya pasca-eksperimen.
“Saya tidak bisa kembali ke pengalaman hidup saya yang sebenarnya. Rasanya seperti kenyataan telah dicampur dengan fiksi. Saya tidak bisa pergi ke tempat itu lagi, semuanya seperti tercampur, dan saya bahkan tidak tahu apa yang benar,” kata perempuan itu.
Gangguan perasaan itu juga dialami aktris yang memerankan sukarelawan itu, "Rasanya menyeramkan menjadi doppelganger." Doppelganger adalah orang tak dikenal yang sangat mirip secara fisik dengan seseorang.
Festival Film Internasional Jenewa dan Forum Hak Asasi Manusia (FIFDH) adalah acara terbesar di dunia yang didedikasikan untuk sinema dan hak asasi manusia. Acara ke-20 saat ini berlangsung dari tanggal 4-13 Maret 2022.
***(Sumber: Euronews, FIFDH; Foto: AP)
Comments ( 0 )