Pertemuan Trump - Netanyahu: Hamas akan Tinggalkan Gaza?
Oleh: Sabpri Piliang
WARTAWAN SENIOR
"PERGILAH ke San Antonio (Texas)! Kunjungi Kota Alamo"! Banyak kisah orang berani di sini!
Belajarlah mengatasi rasa takut! Dari orang-orang yang tak punya harapan! Orang-orang yang banyak kehilangan! Selalu "Ingat Alamo"!
Mengubah kekalahan, menjadi kemenangan! Kisah Alamo (1836), menarik diingat! Setiap bencana (kekalahan) adalah peluang, mengutip John D. Rockefelller!
Perang Gaza Israel-Hamas: 7 Oktober 2023-7Juli 2025, sudah berlangsung 21 bulan. Bicara statistik, Hamas lebih banyak "kehilangan" komandan tempur!
Hampir 90 persen komandan sayap militer Hamas (Izzedin Al-Qassam), yang ikut merancang serangan 7 Oktober 2023, habis!
Bukan karena perang infanteri, serangan udara yang "ber-gap" 100 persen berbanding 0 (nol) persen-lah penyebabnya. Bahkan, pemimpin utama Biro Politik Hamas, juga habis!
"Seorang pemenang tidak takut kalah"! Kekalahan, dengan terbunuhnya pemimpin "mainstream" Hamas: Saleh Al-Aroury, disusul Marwan Issa, lalu Mohammad Deif, Ismail Haniyeh, Yahya Sinwar, Mohammad Sinwar, Mohammad Shabaneh, menjadikan Israel
optimistis, Hamas telah lumpuh! Israel menang!
Suatu kali! Teriakan kemenangan menggema deras! Sorak-sorai pasukan Jepang, setelah membom "Pearl Harbor". Disambut muram seorang Laksamana Jepang!
Robert T. Kiyosaki (penulis, investor, motivator) dalam buku "Rich Dad Poor Dad" (2011) menyebutkan, sang laksamana bergumam! "Kekalahan terbesar AS atas Jepang di Pearl Harbor, menjadikan alasan mereka untuk menang".
Jepang, dari pemenang! Menjadi pecundang, setelah AS membom-atom Hiroshima dan Nagasaki (1945). "Saya khawatir! Kita telah membangunkan 'Macan' Tidur',"kata Laksamana Tentara Jepang!
Kematian para pemimpin utama Hamas, membawa Israel pada "high bargaining". Posisi tawar Israel, saat ini berada di atas "telapak tangan" Hamas.
Hamas, seperti dikutip media "mainstream" Israel "Yedioth Ahronoth (3/6) menukil. Hamas kini tinggal menyisakan satu komandan senior Izzad-Din al-Haddad.
Haddad yang tadinya berada di hierarki ke-8 untuk mengisi posisi Panglima Izzedin Al-Qassam, diyakini telah mengambil posisi itu.
Komandan Brigade Rafah, Mohammad Shabaneh. Semula akan menjadi suksesor Mohammad Sinwar (adik Kepala Biro Politik Hamas, Yahya Sinwar). Namun, setelah Shabaneh tewas oleh bom Israel (13 Mei '25). Pilihannya tinggal pada Al Haddad (50 tahun).
"Financial Times", mengutip pimpinan Biro Politik Hamas, Khalill Al-Hayya di Dhoha (Qatar), sejalan dengan asumsi. Kematian para pemimpin Hamas, menjadi motivasi untuk menang!
"Perlawanan Hamas tidak menyimpang (berubah)! Tidak karena kematian 1, atau 10 pemimpin Hamas. Perlawanan Hamas, akan lebih lama dibanding kepemimpinannya" (Financial Times).
Jadi, kita tunggu! Delegasi Israel telah berangkat ke Qatar (negosiasi). Apakah, dalam optimistis Israel, Hamas sungguh telah lemah (23 dari 24 batalyonnya) diprediksi Israel habis sudah!
Israel menjadi di atas angin! Sehingga enggan memenuhi permintaan Hamas? Atau Israel keliru kalkulasi?
Kita lihat hari ini (Minggu, 7 Juli). Pertemuan Netanyahu-Trump di Washington! Paralel dengan negosiasi Dhoha! Apakah Netanyahu setuju perang berhenti! Maukah Hamas meninggalkan (exile) dari Gaza, demi perdamaian permanen!
Analisis saya! Bila "terusirnya" Hamas, diimbangi dengan penyerahan Gaza kepada otoritas Palestina yang disepakati bersama: Liga Arab, Hamas, Israel, dan AS.
Maka, Hamas akan mempertimbangkannya!
Comments ( 0 )