Perkuat Keamanan Data dan Kepercayaan Digital di Era Digitalisasi Layanan Kesehatan

Perkuat Keamanan Data dan Kepercayaan Digital di Era Digitalisasi Layanan Kesehatan

Perkuat Keamanan Data dan Kepercayaan Digital di Era Digitalisasi Layanan Kesehatan

KABARINDO, SURABAYA – VIDA, penyedia identitas digital dan pencegahan penipuan di Indonesia, menegaskan komitmennya untuk memperkuat keamanan dan kepercayaan digital nasional, seiring meningkatnya digitalisasi layanan publik, termasuk di sektor kesehatan.

Melalui partisipasinya dalam National Cybersecurity Connect 2025, VIDA menyoroti pentingnya kolaborasi antara regulator, industri dan penyedia teknologi untuk membangun sistem keamanan siber yang adaptif dan tepercaya di tengah pesatnya perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI).

Niki Luhur, Founder and Group CEO VIDA, menekankan bahwa kehadiran teknologi AI menuntut cara baru dalam membangun kepercayaan digital.

“AI bisa menciptakan 'realitas palsu' yang semakin sulit dibedakan, Identitas digital yang tervalidasi menjadi pondasi kepercayaan baru. VIDA hadir untuk membangun trust by design, mulai dari identitas hingga transaksi, memastikan setiap interaksi digital aman dan terpercaya dari ancaman AI,” ujar Niki.

Transformasi digital di bidang kesehatan kini menjadi prioritas global. Berdasarkan data WHO (2023), lebih dari 60% negara telah mengintegrasikan strategi digitalisasi layanan kesehatan ke dalam kebijakan nasional. Di Indonesia, upaya integrasi data pasien secara real-time tengah berjalan seiring agenda digitalisasi layanan publik. Namun setiap kemajuan digital juga membuka potensi risiko baru terhadap penyalahgunaan data dan identitas pribadi.

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK, 2024) mencatat kerugian akibat penipuan berbasis sosial dan OTP mencapai lebih dari Rp.2,5 triliun, sementara VIDA Fraud Intelligence Report 2025 menunjukkan 97% organisasi di Indonesia pernah menjadi target social engineering. Di era AI-powered phishing, mekanisme OTP yang dirancang tiga dekade lalu kian rentan disusupi.

Fenomena ini menandai munculnya bentuk kejahatan baru: generative fraud, ketika teknologi AI digunakan untuk menciptakan identitas atau dokumen palsu yang sulit dibedakan dari aslinya. Kasus deepfake di Asia Pasifik bahkan meningkat 1.550% dalam dua tahun terakhir (2022–2023), dengan modus seperti voice cloning dan video impersonation yang dapat menyamar sebagai tenaga medis atau pejabat untuk mengakses sistem kesehatan.

Di tengah situasi itu, VIDA hadir sebagai mitra strategis kepercayaan digital (digital trust enabler) yang memastikan hanya individu berwenang yang dapat mengakses data medis yang benar, kapan pun dan di mana pun.

Victor Indajang, Chief Operating Officer, VIDA, menjelaskan VIDA memosisikan digital signature bukan hanya sebagai alat kepatuhan, tetapi sebagai infrastruktur kepercayaan yang mendukung berbagai lintas industri, termasuk sektor kesehatan, menjamin identitas, otorisasi, dan audit trail di seluruh ekosistem digital, mulai dari pndaftaran pasien di rumah sakit hingga persetujuan tindakan medis atau klaim asuransi.

“Kami siap berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk menciptakan proses yang lebih cepat, akurat dan bebas fraud, guna memperkuat kepercayaan publik pada transformasi digital," ujarnya.

Ahmad Taufik, SVP Product and Certificate Authority VIDA, menambahkan di satu sisi, AI mendorong inovasi, namun di sisi lain membuka celah baru untuk penipuan. Dengan solusi seperti Deepfake Shield dan Fraud Scanner, VIDA mampu mendeteksi manipulasi visual dan audio berbasis AI, juga secara proaktif melindungi lembaga finansial dan sektor Kesehatan.

VIDA aktif bekerja sama dengan Kominfo, OJK, Bank Indonesia dan industri perbankan, fintech, kesehatan dan lainnya untuk membangun kerangka kerja kepercayaan digital nasional. Kolaborasi ini berarti membentuk Digital Trust Layer yang memastikan semua akses dan pertukaran data antar sistem agar berjalan aman dan terverifikasi.

Foto: istimewa