"Outlook" Investasi: Emas Makin Menggoda dan "Menakutkan"!
Oleh Sabpri Piliang
WARTAWAN SENIOR
"OUTLOOK BULLISH" GOLDMAN SACH tak meleset! Hari, 10 Juni 2020 memprediksi, harga emas (Gold) tahun 2020, bisa mencapai USD 2.000 (per troy ounce).
"Value" tersebut ekuivalen dengan USD 64,31 per gram-nya (kurs Rp 16.500). Bila dibagi dengan hitungan troy ounce (1 troy ounce: 31,103 gram). Maka per gram (LM) Rp 1.006.000 lebih.
Bukan hanya lembaga keuangan "tertua" dunia Goldman Sach (didirikan 1869 di New York) saja yang memprediksi demikian.
"Indepenpend Strategy", berbasis di London (Inggris), lewat Presdir-nya (ahli strategi global), David Rose bersikap sama dengan Goldman. Harga emas akan mencapai di atas Rp 1 juta per gram (USD 2.000 per troy ounce/ons).
Berselang enam bulan, analisis Goldman dan David Rose, mulai terbukti perlahan. Harga emas yang tadinya Rp 776.000-800.000 (berfluktuasi), melonjak drastis ke Rp 965.000 per gram (30 Desember 2020).
Hingga 10 Januari 2022, harga emas terus berfluktuatif pada kisaran diatas Rp 900.000-an. Masih belum seperti yang diprediksi Goldman dan David Rose (Independend Strategy), pada angka USD 2.000 per troy ounce.
Analisis ini mulai ter-ejawantah, memasuki Januari 2023. Harga emas per gram menyentuh angka Rp 1.020.000.
Tidak seagresif awal tahun 2025 hingga kuartal pertama (April), dengan akselerasi "rally" ekstreem. Trend kenaikan harga emas kurun 2024 (Januari-Desember), cenderung naiknya lebih gradual. "Tidak menakutkan"!
Ufuk tahun, harga per gram emas di 10 Januari (Rp 1.121.000). Berlanjut ke semester pertama menanjak Rp 1.329.000, dan ke angka psikologis Rp 1.528.000 per gram di 30 Desember 2024.
Persiapan pelantikan Presiden AS Donald Trump 20 Januari 2025. Memberi efek kejut signifikan, terhadap prospek dan "outlook" perekonomian dunia. Sosok Donald Trump memunculkan kecemasan. Sekalipun belum dilantik.
Tidak ada "panic buying" terhadap harga emas selama kuartal satu dan dua 2024, seperti akhir kuartal tiga. Sekalipun harga naik. "Rally" yang tidak berurutan, dianggap biasa sebagai hal lumrah "save haven".
Keanehan, pun menyembul di sejumlah gerai: mulai dari antrean panjang, sampai ke pembatasan keping pembelian. Lembaga keuangan kredibel (seperti Goldman Sach), mulai mengoreksi prediksinya.
Harga naik atau sedikit turun. Tidak lagi menjadi acuan beli (buying), atau jual (selling). Bahkan ada gerai yang tutup lebih cepat, karena stok habis di hari tersebut. Ada apa ini? Biasanya, pembelian "ramai", ketika harga turun (bearish)!
Dalam pantauan penulis (sejak Maret), saat harga naik tinggi berturut-turut, pembelian justru "booming". Anomali! Nampaknya ada satu paradigma baru dalam pikiran publik saat ini. "Trusty", juga "untrusty"! Masing-masing boleh menganalisis!
Revenue investasi emas untuk 'safety' selama lima tahun (sejak 2020), mencapai 83 persen-90 persen. Bahkan 100 persen.
Emas, pun bisa melakukan "hedging" (lindung nilai) terhadap inflasi, sekaligus menjadi perisai resesi. Walau emas adalah investasi defensif untuk "short term".
Satu kilogram emas, akan tetap berjumlah satu kilogram emas. Sampai kapan pun. Dia tak akan berubah menjadi 1,5 kilogram! Itulah yang disebut defensif.
"Menggila"! Nampak antusiasme masyarakat terhadap emas. Menjual mata uang asingnya, mencairkan tabungan, menunda pembelian properti, mobil, bahkan menghemat ke mal dan belanja dapur untuk membeli emas.
Terlebih setelah, Goldman Sach mengeluarkan "outlook bullish" terbaru (April 2025). Bahwa harga emas bisa menembus USD 4.500 (Rp 2,43 juta), hingga akhir 2025. Terlebih ada prediksi, harga emas menuju ke Rp 3 juta. Ini adalah koreksi, dari USD 3.200-3300 (yang sudah tercapai).
"Value investing" adalah satu filosofi prinsipil, dan akurasi pola pikir! Pentingnya analisis komprehensif, akan menjanjikan imbal hasil signifikan (short term/long term).
Itulah cara kita menangkap peluang "cuan" tanpa ragu dan menyesal. Mengapa tidak mengambilnya! Emas adalah "gudang" raksaksa yang penuh probabilitas. Keraguan adalah penyesalan!
Warren Edward Buffet. Sebut saja Warren Buffet. Investor ternama dunia dalam buku "The Warren Buffet Way" (Robert G. Hagstrom/2014) mengingatkan.
Investasi yang sukses (termasuk emas) tidak memerlukan "IQ" tinggi. Atau mengikuti kursus formal, atau sekolah bisnis ternama. Kuncinya adalah 'temperamen'! Konteks temperamen di sini adalah rasionalitas!
Kemampuan melihat "masa lalu" emas, menganalisis beberapa probabilitas skenario, dan akhirnya membuat pilihan: beli, atau tidak!
Emas kini terus bergerak "liar". menjanjikan, sekaligus menggiurkan. Ibarat Angsa, kita pasti akan memanen telurnya. Tentu, tak perlu buru-buru.
Comments ( 0 )