Kekuasaan Tanpa Kompetensi: Bahaya yang Mengintai
Oleh: Hasyim Arsal Alhabsi, Direktur Dehills Institute
"Adalah sebuah kejahatan menginginkan kekuasaan bila tidak memiliki kemampuan."
— Lexi M. Budiman
Pernyataan ini menyentuh inti dari tanggung jawab moral dalam kepemimpinan dan kekuasaan. Dalam satu kalimat, Lexi M. Budiman menggambarkan esensi kekuasaan sebagai amanah, bukan sekadar hak atau privilese. Kekuasaan, jika berada di tangan yang salah, tidak hanya menjadi beban, tetapi juga menjadi sumber kehancuran bagi banyak orang.
Kekuasaan sebagai Amanah: Beban yang Menuntut Kompetensi
Kekuasaan bukanlah mahkota untuk dihias atau trofi untuk dipamerkan. Kekuasaan adalah amanah berat yang menuntut pemegangnya untuk memiliki kemampuan teknis, moralitas yang tinggi, dan visi yang jelas. Tanpa ini, kekuasaan tidak lebih dari pedang yang diasah di kedua sisinya—berbahaya bagi pemegangnya dan mematikan bagi yang berada di bawahnya.
Ketika seseorang tanpa kemampuan mengejar kekuasaan, ia mengkhianati prinsip-prinsip dasar kepemimpinan. Dalam konteks ini, "kejahatan" yang dimaksud Lexi bukan sekadar pelanggaran moral, tetapi juga kerusakan yang ditimbulkan akibat keputusan buruk, ketidakmampuan, dan kurangnya tanggung jawab.
Kompetensi: Pilar Utama Kepemimpinan
Seorang pemimpin yang tidak kompeten bagaikan seorang pengemudi tanpa peta di jalan yang penuh jebakan. Ia bukan hanya tersesat, tetapi juga menyesatkan orang-orang yang mempercayainya. Dalam kekuasaan, kemampuan bukan hanya soal kecerdasan, tetapi juga keahlian membaca situasi, mengambil keputusan dengan bijak, dan menginspirasi orang lain untuk maju bersama.
Kompetensi Teknis: Memahami apa yang diperlukan untuk membuat sistem berjalan dengan baik.
Kompetensi Moral: Memiliki keberanian untuk melakukan yang benar, bahkan ketika hal itu tidak populer.
Kompetensi Empatik: Mengetahui apa yang dirasakan oleh rakyat dan bertindak dengan hati nurani.
Tanpa ketiga kompetensi ini, kekuasaan menjadi mesin yang berjalan tanpa arah, menghancurkan lebih banyak daripada membangun.
Kejahatan yang Diam-Diam: Kerugian Struktural
Kejahatan dari ketidakmampuan sering kali tidak terlihat langsung, tetapi dampaknya merambat perlahan, menghancurkan sistem, nilai-nilai, dan harapan.
1. Kerusakan Sistemik: Keputusan yang salah dapat melumpuhkan institusi, menurunkan produktivitas, dan melemahkan kepercayaan publik.
2. Ketidakadilan Sosial: Pemimpin yang tidak kompeten sering kali mengutamakan kepentingan pribadi atau kelompok kecil, meninggalkan mayoritas dalam ketidakadilan.
3. Hilangnya Harapan: Ketika rakyat kehilangan kepercayaan pada pemimpin mereka, siklus apatisme politik dan sosial dimulai, yang berujung pada stagnasi kemajuan.
Kekuasaan Tanpa Kompetensi: Ambisi yang Berujung Malapetaka
Mengejar kekuasaan tanpa kemampuan sering kali didorong oleh ambisi pribadi, nafsu akan pengakuan, atau dorongan eksternal yang manipulatif. Namun, ambisi kosong ini tidak pernah melahirkan kepemimpinan yang sejati. Sebaliknya, ia menanam benih perpecahan, ketidakadilan, dan kebobrokan.
Kekuasaan sejati adalah tentang melayani, bukan dilayani. Tentang memberikan, bukan mengambil. Seorang pemimpin sejati adalah dia yang memahami bahwa kekuasaan adalah alat untuk menciptakan perubahan positif, bukan sarana untuk memperkaya diri atau kelompoknya.
Mengambil Pelajaran: Jalan Menuju Kepemimpinan Sejati
Lexi M. Budiman, melalui pernyataannya, mengingatkan kita semua untuk lebih berhati-hati dalam memberikan atau menerima amanah kekuasaan. Bagi masyarakat, ini adalah panggilan untuk lebih selektif dalam memilih pemimpin. Bagi pemimpin, ini adalah peringatan bahwa kekuasaan tanpa kemampuan bukan hanya kesalahan, tetapi dosa terhadap kemanusiaan.
Inspirasi untuk Masa Depan
Kekuasaan tidak boleh menjadi tempat bermain bagi mereka yang tidak memiliki kemampuan. Ia harus dihormati, dijaga, dan diberikan hanya kepada mereka yang benar-benar mampu memikul beban yang menyertainya.
Kata-kata Lexi M. Budiman menjadi lentera di tengah gelapnya realitas politik hari ini, mengingatkan kita bahwa kekuasaan sejati adalah pelayanan. Dan ketika pelayanan menjadi inti dari kepemimpinan, maka dunia akan menjadi tempat yang lebih baik untuk semua orang.
Comments ( 0 )