JK: Bangkitkan Perekonomian Umat Islam
KABARINDO, JAKARTA-Wakil Presiden RI ke 10 dan 12, Jusuf Kalla, mendorong Majelis Umat Islam (MUI) untuk membantu membangkitkan perekonomian umat Islam di Indonesia. Hal tersebut disampaikan JK saat berbicara dalam Kongres Ekonomi Umat 2 Majelis Ulama Indonesia (MUI), Komisi Pemberdayaan Ekonomi Umat yang bertemakan "Arus Baru Penguatan Ekonomi Indonesia" di Jakarta.
“Dari pertemuan ini MUI perlu mendorong pentingnya jadi pengusaha. Sebab tanpa pengusaha maka ekonomi nasional bisa pincang,” kata JK yang didampingi Chaerul Tanjung.
JK juga menyebutkan banyak hal tentang pentingnya jadi pengusaha. Poin pertama yang penting menjadi dasar adalah berkaca pada latar belakang Nabi Muhammad SAW. JK berpandangan, usia Rasulullah menjadi pengusaha itu jauh lebih panjang dibanding menjadi khalifah.
“Rasulullah berdagang dari usia 13 tahun sampai 40 tahun atau sekitar 27 tahun, kemudian jadi khalifah dari 40 tahun hingga meninggal di usia 63 tahun atau sekira 23 tahun. Kita sebagai umat Islam harus bisa meniru ini,” ujarnya lagi.
JK meyakini, jika umat Islam maju maka akan membuat bangsa Indonesia menjadi lebih baik. Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam adalah potensi yang sangat tinggi. Jumlah muslim mayoritas yang dibarengi banyaknya muslim kaya akan meningkatkan perekonomian nasional sekaligus pemerataan.
JK mencontohkan bahwa dengan banyaknya muslim yang menjadi pengusaha, maka potensi penerimaan zakat bisa hingga ratusan triliun. Karena kalangan berpunyalah yang umumnya mengeluarkan banyak zakat.
Ia juga meminta MUI agar tidak membentuk kesan bahwa ekonomi itu eksklusif. Melainkan harus terbuka atau inklusif. JK menuturkan, dagang dengan dasar agama itu sulit sebab harus bekerja sama dengan banyak orang. Jika mencoba eksklusif maka perekonomian Umat akan makin mundur. Termasuk jika membuat industri-industri yang mengarah pada halal.
Terkait dengan keterbukaan, JK mencontohkan saat melakukan umrah di masa pandemi beberapa waktu lalu. Ia mengungkapkan, di salah satu supermarket terbesar di Arab Saudi, barang-barang yang dijual 90 persen adalah buatan Cina. “Itu artinya, perdagangan itu tidak pilih-pilih agama. Jika pilih-pilih agama, mestinya Arab Saudi mengutamakan produk Indonesia karena mayoritas umat Islam,”
“Jadi saat ini dagang itu kuncinya bersaing pada tiga, yakni lebih baik, lebih cepat, lebih murah. Karena Cina bisa melakukan itu, maka ekonomi kita tidak bisa melawannya. Jadi kunci utamanya yang harus kita dorong adalah kerja keras,” imbuhnya.
Sementara itu, Pengusaha Islam terkaya Indonesia, Chaerul Tanjung (CT), berharap agar perekonomian umat Islam lebih berdaya. CT meyakini, jika umat umat Islam sejahtera maka bangsa Indonesia juga akan sejahtera karena menguasai 86 persen penduduk Indonesia.
“Satu-satunya cara agar sejahtera adalah Membuat mereka lebih unggul dalam segala segi, khususnya ilmu pengetahuan teknologi agar mereka bisa menang dalam persaingan,” tegas pemilik Trans Corp tersebut.
Ia juga mengungkapkan bagaimana para ulama mendorong pentingnya mindset kewirausahaan. Hal itu bisa saja dilakukan dalam penyampaian khutbah dan tausiah dalam mendorong semangat entrepreneur bahwa untuk mendapatkan akhirat, harus melalui dunia.
“Seperti dalam doa yang senantiasa kita sampaikan bahwa ingin selamat dan bahagia di dunia serta selamat dan bahagia di akhirat,” tutup CT.
Comments ( 0 )