Ello Mengajak Hadirin Ziarah Musikal Keluarga
Di panggung Collab Generation yang digelar di DE’ CONCER Hall, Deheng House, Kemang, Jumat malam, 26 September 2025, Ello tampil dengan gayanya yang khas: sederhana, ceria, dan begitu dekat dengan penonton. Gedung Deheng House sendiri menyimpan makna personal, namanya diambil dari sosok ibu sang tuan rumah, Deheng, sehingga setiap kegiatan budaya di dalamnya senantiasa berjiwa kekeluargaan.
Ditemani basis kawakan Yuke Sampurna, Ello menyuguhkan lima lagu yang pernah menandai awal langkahnya di dunia musik. Namun malam itu tidak sekadar bernostalgia, melainkan menjadi perjalanan batin yang sarat makna.
Dua nomor menjadi pusat gravitasi pertunjukan: “Benci Tapi Rindu” ciptaan sang ibu, Diana Nasution, dan “Pergi Untuk Kembali” karya sang ayah, Minggus Tahitoe. Saat Ello membawakan kedua lagu itu, ruang konser seakan berubah menjadi altar kecil tempat ingatan keluarga, sejarah musik Indonesia, dan perasaan kolektif penonton berpaut dalam satu alunan.
Pilihan Ello membuktikan bahwa musik baginya bukan sekadar profesi, melainkan warisan batin yang hidup. Ia berdiri di panggung bukan hanya sebagai seorang penyanyi pop kontemporer, tetapi juga sebagai penerus tradisi musikal yang lahir dari rumahnya sendiri. Dengan rendah hati, ia menyambungkan generasi, merawat memori publik, sekaligus menegaskan identitasnya yang telah matang.
Keintiman malam itu semakin nyata lewat interaksi Ello dengan audiens. Ia komunikatif, spontan, penuh humor dan kehangatan, membuat penggemar lama merasa semakin dekat, sementara penonton baru merasakan daya tariknya yang segar. Atmosfer kedekatan inilah yang membedakan penampilan Ello: penonton tidak hanya menyaksikan konser, melainkan ikut terlibat dalam sebuah ziarah musikal yang personal.
Sorak-sorai penonton muda penggemar Ello turut menyalakan energi. Mereka berteriak, bernyanyi bersama, dan menghadirkan gelombang emosi yang membuat suasana semakin magis. Kehadiran generasi baru itu memberi lapisan tambahan, bukti bahwa karya Ello, meski berpijak pada warisan keluarga, tetap hidup dan relevan bagi publik masa kini.
Kehadiran tokoh-tokoh penting memberi bobot tambahan. Di antara penonton tampak Rusdi Kirana, Wakil Ketua MPR RI 2024–2029 sekaligus pendiri Lion Air Group; Budikarya Sumadi, mantan Menteri Perhubungan; serta Ahmad Rofiq, aktivis dan politisi sejati Ketua Partai Gema Bangsa, sebuah partai baru. Mereka hadir bersama Dwiki Darmawan, Tito Soemarsono, Connie Constantia, Restu Fortuna, Buddy Ace, Hendra Sinadia, dan sejumlah tokoh serta penikmat musik lainnya yang semua dipersatukan oleh Lexi M Budiman, tuan rumah sekaligus Ruh Deheng House.
Semua larut dalam suasana, menghadirkan bukti indah bahwa musik mampu menyingkirkan sekat sosial dan menjadikan ruang kebersamaan lintas lapisan semakin nyata.
Sebagai penikmat kebudayaan, saya merasakan malam itu sebagai momen yang tidak hanya mempesona, tetapi juga meneguhkan keyakinan bahwa musik adalah bahasa kemanusiaan yang tak pernah lekang
Z-A Zen
Pelaku Seni
Comments ( 0 )